Ijma ulama 4 mazhab tentang sifat Allâh terutama al uluw dan istiwa
✅Imam Abu Hanifah رحمه الله تعالىٰ berkata,
"Allah سبحانه و تعالىٰ ada di langit, tidak di bumi."
Kemudian ada seseorang yang bertanya,
"Tahukah anda Allah ﷻ berfirman : 'Wahuwa ma'akum - Dan Allah bersama kalian?'"
Beliau رحمه الله تعالىٰ menjawab,
"Ungkapan itu seperti kamu menulis surat kepada seseorang : 'Aku akan selalu bersamamu.' Padahal kamu jauh darinya."
(Al-Asma' was Shifat, II/170)
Beliau رحمه الله تعالىٰ juga berkata,
"Dalam berdo'a kepada Allah سبحانه و تعالىٰ kita memanjatkan do'a ke atas, bukan ke bawah."
(al-Fiqh al-Absath, hal. 51)
Beliau رحمه الله تعالىٰ juga berkata,
"Barangsiapa yang berkata, 'Aku tidak tahu Rabbku itu dimana, di langit atau di bumi.' Maka orang itu kafir. Demikian pula orang yang berkata, 'Rabbku di atas 'Arsy, namun aku tidak tahu 'Arsy itu di langit atau di bumi.'"
(al-Fiqh al-Absath, hal. 46)
✅1️⃣Imam Malik رحمه الله تعالىٰ pernah ditanya,
"Wahai Abu 'Abdillah, Allah Yang Maha Pengasih istiwa di atas 'Arsy."
(QS. Thahaa [20] : 5)
Maka bagaimana Dia istiwa ?'
Maka mendengar pertanyaan itu Imam Malik رحمه الله تعالىٰ pun marah seraya menjawab,
"Istiwa'-nya Allah ma'lum (sudah diketahui maknanya), dan kaifiyat (caranya) tidak dapat dicapai nalar (tidak diketahui), dan beriman kepadanya wajib, dan bertanya tentang hal tersebut adalah perkara bid'ah."
Kemudian Imam Malik رحمه الله تعالىٰ memerintahkan orang itu agar dikeluarkan dari majelis beliau."
(Syarhus Sunnah lil Imaam al-Baghawi, I/171, Mukhtasharul 'Uluw lil Imaam adz-Dzahabi, hal. 141 - 142, no. 104, Abu Nu'aim dalam al-Hilyah, VI/325 - 326, 'Utsman bin Sa'id ad-Darimi dalam Ar-Rad ala al-Jahmiyah, hal. 55, al-Lalika'i dalam Syarh Ushul I'tiqaad Ahlus Sunnah wal Jama'ah, no. 664, Abu 'Utsman ash-Shabuni dalam 'Aqidah Salaf Ash-Shabul Hadits, hal. 24 - 26, al-Baihaqi dalam al-Asma' was Shifat, hal. 408, dan Al-Hafizh Ibnu Hajar al-'Asqalani dalam Fat-hul Baari, XIII/406 - 407)
2️⃣
حدثني أبي رحمه الله حدثنا سريج بن النعمان حدثنا عبدالله بن نافع قال كان مالك بن أنس يقول الايمان قول وعمل ويقول كلم الله موسى وقال مالك الله في السماء وعلمه في كل مكان لا يخلو منه شيء
Telah menceritakan kepadaku ayahku rahimahullah : Telah menceritakan kepada kami Suraij bin An-Nu’maan : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Naafi’, ia berkata : “Maalik bin Anas pernah berkata : ‘Iman itu adalah perkataan dan perbuatan, Allah berbicara kepada Muusaa, Allah berada di langit dan ilmu-Nya ada di setiap tempat – tidak ada sesuatupun yang luput dari-Nya” [Diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Ahmad dalam As-Sunnah, hal. 280 no. 532; shahih].
Diriwayatkan juga oleh Abu Daawud dalam Masaail-nya hal. 263, Al-Aajuriiy dalam Asy-Syarii’ah, 2/67-68 no. 695-696, Al-Laalikaa’iy dalam Syarh Ushuulil-I’tiqaad hal. 401 no. 673, Ibnu ‘Abdil-Barr dlam At-Tamhiid 7/138, dan Ibnu Qudaamah dalam Itsbaatu Shifaatil-‘Ulluw hal. 166 no. 76.
✅Imam Asy Syafi'i
الإمام الشافعي ت 204 هـ. قال رحمه الله : القول في السنة التي أنا عليها ورأيت أصحابنا عليها , أهل الحديث الذين رأيتهم فأخذت عنهم مثل : سفيان ومالك وغيرهما : الإقرار بشهادة أن لا إله إلا الله وأن محمد رسول الله , وأن الله على عرشه في سمائه يقرب من خلقه كيف شاء . وصية الإمام الشافعي ص / 53 – 54
Berkata Asy Syafi'i, pendapat sesuai sunnah yang aku berada diatas nya, juga aku melihatnya para sahabatku juga diatasnya, mereka adalah ahlul Hadits Sufyan, Malik dan dst : menetapkan dengan persaksian Aku bersaksi tiada sesembahan Yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah Rosul Nya, dan Allah berada di atas langit, dekat dengan para hambaNya dengan kehendak Nya,
-وقال أيضاً : وأن الله عز وجل يرى في الآخرة ينظر إليه المؤمنين أعياناً جهاراً ويسمعون كلامه وأنه فوق العرش . وصية الإمام الشافعي ص / 38 – 39
Berkata Asy Syafi'i, sesungguhnya Allâh melihat di akhirat, orang-orang beriman memandang Nya secara langsung dan terbuka, mendengar kata-kata Nya, dan Dia berada di atas arsy
Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah juga berkata, “Dan yang lebih aku sukai jika ia menguji sang budak tentang pengakuannya terhadap hari kebangkitan setelah kematian dan yang semisalnya”. Dan Al-Imam Asy-Syafii menyebutkan hadits Mu’aawiyah bin Al-Hakam, bahwasanya Ia berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata tentang budak wanita yang ditampar olehnya, “Apakah wajib bagiku untuk membebaskan seorang budak?”. Maka Rasulullah bertanya kepada budak wanita tersebut, “Dimanakah Allah?”. Sang budak berkata, “Di langit”. Lalu Rasulullah bertanya lagi, “Siapakah saya?”. Maka sang budak wanita berkata, “Anda adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam”. Maka Rasulullah berkata, “Bebaskan budak wanita ini” (Manaaqib Asy-Syaafi’i 1/394)
✅Imam Ahmad bin Hanbal رحمه الله تعالىٰ berkata,
"Kami mengimani bahwa Allah سبحانه و تعالىٰ ada di atas 'Arsy bagaimana yang Dia berkehendak dan seperti apa yang Dia kehendaki, tanpa batasan dan sifat yang dipakai oleh seseorang untuk mensifati dan membatasi sifat itu."
(Dar'u Ta'arudh Al-'Aql wan Naql, II/30)
Yaa, Allah Maha Tinggi lagi Maha Mulia. Dia istiwa di atas 'Arsy-Nya dan terpisah oleh makhluk-Nya.
Dari Abu Hurairah رضي الله تعالىٰ عنه, ia berkata,
Rasulullah ﷺ bersabda,
"Rabb kita (Allah) turun pada setiap malam ke langit dunia ketika tinggal sepertiga malam yang akhir, seraya menyeru :
'Siapa yang berdo'a kepada-Ku, maka Aku akan mengabulkan do'anya.
Siapa yang meminta kepada-Ku, maka Aku akan memberinya.
Dan siapa yang memohon ampunan kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya.'"
(Shahiih, HR. Al-Bukhari, no. 7494, Muslim, no. 758 [168], at-Tirmidzi, no. 3498, Abu Dawud, no. 1315, 4733, Ibnu Abi 'Ashim dalam As-Sunnah, no. 492, dan Ibnu Khuzaimah dalam kitab at-Tauhid, I/280)
📌Abu 'Utsman ash-Shabuni رحمه الله تعالىٰ berkata,
"Para 'ulamaa ahli hadits menetapkan turunnya Rabb ke langit terendah pada setiap malam tanpa menyerupakan turun-Nya Allah itu dengan turunnya makhluk (tasybih), tanpa mengumpamakan (tamtsil) dan tanpa menanyakan bagaimana turun-Nya (takyif). Tetapi menetapkan sesuai dengan apa-apa yang ditetapkan oleh Rasulullah Muhammad ﷺ dengan mengakhiri perkataan padanya (tanpa komentar lagi), memperlakukan kabar shahiih yang memuat hal itu sesuai dengan zhahirnya, serta menyerahkan 'ilmunya (kaifiyatnya) kepada Allah سبحانه و تعالىٰ."
('Aqiidatus Salaf Ash-haabil Hadits, no. 38, hal. 46)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar