Aqidah Allah tidak di atas langit merupakan aqidah yang dipelopori dan diperjuangkan oleh kaum jahmiyah.
اخرجه الذهبي في السير وإسناده صحيح .
قلت : كان الجهمية الاوائل يقولون ان الله في كل مكان - تعالى الله عن ذلك علوّا كبيرا - و يستدلون بآيات المعية !! فلما سُئل الامام الثوري اجاب بأن المعية هنا بالعلم , و الامام الثوري يقر بأن الله فوق عرشه قطعا كما نقل ذلك الامام السجزي حيث قال : ( وأئمتنا كالثوري ومالك وابن عيينة وحماد بن زيد والفضيل وأحمد وإسحاق متفقون على أن الله فوق العرش بذاته وأن علمه بكل مكان ) الابانة للسجزي
Dikeluarkan Adz dzahabi dalam as Siyar dengan sanad shahih berkata : Jahmiyah awal mereka mengatakan sesungguhnya Allah dimana mana, berdalil dengan ayat ma'iyah !! ((ayat tentang Allah bersama mu dimana saja berada))
Imam Sufyan Ats tsauri ketika ditanya perkara ini menjawab ayat ma'iyah itu disisi kami (murid para tabi'in) artinya Ilmu-Nya,
beliau juga sepakat bahwa Allah diatas arsy Nya, sebagaimana dinukil demikian oleh Imam As Sajzi yang berkata (para imam kami seperti (Sufyan) Ats Tsauri, Malik (bin anas), (Sufyan) Ibnu Uyainah, Hamad bin Zaid, Fudhail (bin Iyyadh), Ahmad (bin hambal), ishaq (bin rahawaih) sepakat bahwa zat Allah diatas arsy sedangkan ilmu Nya dimana mana
قال الإمام حماد بن زيد ( ت 179 هـ ) : إنما يدورون على أن يقولوا ليس في السماء إله – يعني الجهمية - ( أخرجه الذهبي في العلو بسند صحيح (
Berkata imam Hamad bin Zaid, Mereka yang berputar putar pendapatnya atas tuhan Sesembahan tidak di langit, mereka adalah Jahmiyyah
Abdurrahman bin Abi Hatim berkata, ayahku menceritakan kepada kami, ia berkata aku diceritakan dari Sa’id bin ‘Amir Adh Dhuba’i bahwa ia berbicara mengenai Jahmiyah. Beliau berkata,
الجهمية فقال هم شر قولا من اليهود والنصارى قد إجتمع اليهود والنصارى وأهل الأديان مع المسلمين على أن الله عزوجل على العرش وقالوا هم ليس على شيء
“Jahmiyah lebih jelek dari Yahudi dan Nashrani. Telah diketahui bahwa Yahudi dan Nashrani serta agama lainnya bersama kaum muslimin bersepakat bahwa Allah ‘azza wa jalla menetap tinggi di atas ‘Arsy. Sedangkan Jahmiyah, mereka katakan bahwa Allah tidak di atas sesuatu pun.”
*****
قال الإمام عبدالرحمن بن مهدي ت 198 هـ : أن الجهمية أرادوا أن ينفوا أن يكون الله كلم موسى , وأن يكون على العرش , أرى أن يستتابوا فإن تابوا وإلا ضربت أعناقهم . أخرجه الذهبي في العلو وقال نقله غير واحد بإسناد صحيح.
Berkata Imam Abdurrahman bin mahdi, sesungguhnya Jahmiyah ingin menafikan adanya Allah berkata dengan Musa, juga adanya Allah di arsy, Saya melihat bahwa jika mereka bertobat (maka diampuni dengan taubatnya), jika tidak, kepala mereka akan ditebas.
يوسف بن أسباط ثم عبد الله بن المبارك، وهما إمامان جليلان من أجلاء أئمة المسلمين،
قالا: أصول البدع أربعة: الروافض والخوارج والقدرية والمرجئة: فقيل لابن المبارك: والجهمية؟ فأجاب بأن أولئك ليسوا من أمة محمد. وكان يقول: إنا لنحكي كلام اليهود والنصارى، ولا نستطيع أن نحكي كلام الجهمية
Abdullah bin Mubarok dan yusuf bin asbath berkata, pokok bid'ah ada 4 : rowafidh (syiah rofidhoh), khowarij, qodariyah, murjiah. Ketika ditanya bagaimana dengan Jahmiyah, Ibnul Mubarok berkata, ia tidak termasuk umat muhamad.
(maknanya Jahmiyah kafir keluar dari islam)
Berkata Abdullah bin Mubarok, kami bisa hikayatkan kata yahudi dan nasrani tapi kami tidak bisa hikayatkan tentang perkataan Jahmiyah
(maknanya Jahmiyah lebih kafir dari yahudi nasrani)
***
وقد قال عبد الرحمن بن مهدي: هما صنفان فاحذرهما: الجهمية والرافضة، فهذان الصنفان شرار أهل البدع١.
Berkata Abdurrahman bin mahdi 2 tipe pemahaman, peringatan umat darinya, yaitu mereka adalah Jahmiyah dan rofidhoh,
2 tipe ini ahlul bid'ah yang jahat nan keji
قال عبد الله بن المبارك: الجهمية كفار زنادقة.
Berkata Abdullah bin Mubarok, Jahmiyah itu kafir zindiq
وقال سلام بن أبي مطيع: هؤلاء الجهمية كفار.
Berkata yusuf bin mati' Jahmiyyah itu mereka kafir
وقال إبراهيم بن طهمان: الجهمية كفار.
Berkata ibrahim bin tohman, Jahmiyyah itu kafir
وقال عبد الوهاب الوراق: الجهمية كفار زنادقة مشركون.
Abdurrahman bin waroq berkata Jahmiyyah itu kafir zindik termasuk orang orang musyrik
وقال يزيد بن هارون: هم والله زنادقة عليهم لعنة الله.
Yazid bin harun, mereka (Jahmiyah) itu demi Allâh adalah zindiq, semoga laknat Allâh pada mereka
وقال خارجة بن معصب: كفرت الجهمية في غير موضع من كتاب الله.
Khorijah bin mushab berkata Jahmiyah didalam selain tempatnya telah dihapus dari kitab Allâh
وقال عبد الحميد الحماني: جهم كافر بالله.
Abdul hamid al hamani, jahm bin sofwan (tokoh pendiri Jahmiyah) orang kafir kepada Allâh
وقال أحمد بن إبراهيم الدورقي: بشر المريسي وأبو بكر الأصم كافران حلالا الدم.
Ahmad bin Ibrahim ad dauroqi berkata, bisyr al marisi, abu bakar al ashom kafir halal darahnya
وقال قتيبة بن سعيد: بشر المريسي كافر.
Qutaibah bin said berkata bisyr al marisi kafir
وقال عبد الرحمن بن مهدي: من زعم أن الله لم يكلم موسى يستتاب، فإن تاب وإلا ضربت عنقه.
Berkata Abdurrahman bin mahdi siapa yang berkeyakinan Allâh tidak berbicara dengan musa, maka hendaknya bertaubat jika tidak, bisa dipenggal lehernya
وقال إبراهيم بن أبي نعيم: لو كان لي سلطان ما دفن الجهمية في مقابر المسلمين.
Ibrahim bin Abi nuaim berkata sekiranya aku menjadi sultan, maka tidak akan dikuburkan orang Jahmiyah di kubur kaum muslimin
وقال أحمد بن عبد الله بن يونس: لا نصلي خلف من يقول: القرآن مخلوق، هؤلاء كفار.
Ahmad bin Abdullah bin yunus berkata, kami tidak mensholati di belakang jenazah siapa yang berkata Al Qur'an itu makhluq, mereka itu kafir
وقال سلام بن أبي مطيع: هؤلاء الجهمية كفار ولا يصلى خلفهم.
Salam bin muthi' berkata, mereka Jahmiyah itu kafir, kami tidak disholat di belakang mereka
وقال عبد الله بن المبارك: من قال: القرآن مخلوق، فقد طلقت منه امرأته.
Abdullah bin Mubarok berkata siapa yang berkata Al Qur'an adalah makhluk, maka istrinya boleh dipisahkan diceraikan darinya
وقال خارجة بن مصعب: الجهمية كفار، بلغوا نساءهم أنهن طوالق
Khorijah bin mushab berkata Jahmiyah itu kafir, sampaikan pada wanita kalian (yang menikah) sesungguhnya mereka tertalak
وقال البخاري رحمه الله: ما أبالي صليت خلف الجهمي والرافضي أم صليت خلف اليهود والنصارى، ولا يسلم عليهم ولا يعادون ولا يناكحون ولا يشهدون ولا تؤكل ذبائحهم٢.
Al Bukhori berkata, aku tidak peduli (sama saja) sholat di belakang Jahmiyah, rofidhoh atau kami sholat di belakang yahudi nasrani (karena mereka sama sama kafir),
Kami tidak memberi salam mereka, tidak mengembalikan mereka, tidak menikahkan mereka (dengan wanita kami), tidak bersaksi atas mereka, dan tidak makan sembelihan mereka.
وقال عبد الرحمن بن مهدي: لو كان الأمر إلي لقمت على الجسر فلا يمر بي أحد يقول: القرآن مخلوق، إلا ضربت عنقه وألقيته.
Abdurrahman bin mahdi berkata jika ada perintah tertinggi atas jisr, maka janganlah ada orang berkata : al Qur'an itu makhluq, karena ia akan ditebas lehernya dan di buang kepalanya.
قَالَ أَبُو عَبْدِ اللهِ الأَوْسِي : سَمِعْتُ وَهْبَ بْنِ جَرير يَقُوْلُ : إِنَّمَا يُرِيْدُ الْجَهْمِيةُ أَنَّهُ لَيْسَ فِي السَّمَاءِ شَيْءٌ
Abu Abdillah Al-Ausi berkata, “Aku mendengar Wahb bin Jarir berkata :”Sesungguhnya Jahmiyah menginginkan bahwasanya tidak ada di atas langit sesuatupun” (Itsbaat sifat Al-‘Uluw 118)
قال الأثرم : وَقُلْتُ لِسُلَيْمَانَ بْنِ حَرْبٍ أَيُّ شَيْءٍ كَانَ حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ يَقُوْلُ فِي الْجَهْمِيَّةِ؟ فَقَالَ : كَانَ يَقُوْلُ :إِنَّمَا يُرِيْدُوْنَ أَنَّهُ لَيْسَ فِي السَّمَاءِ شَيْءٌ
Al-Atsrom berkata, “Dan aku berkata kepada Sulaiman bin Harb, “Apakah yang dikatakan oleh Hammad bin Salamah tentang Jahmiyah?, maka ia berkata, “Hammad berkata : Mereka (Jahmiyah) hanyalah menginginkan bahwasanya tidak ada sesuatupun di atas langit ” (Al-Ibaanah li Ibni Batthoh 3/194 dan As-Sunnah li Abdillah bin Ahmad 1/118 dan Itsbaat sifat Al-‘Uluw 118)
يقول جرير بن عبدالحميد : كلامُ الجهمية أَوَّلُهُ عَسلٌ وَآخِرُهُ سُمٌّ وَإِنَّمَا يُحَاوِلُوْنَ أَنْ يَقُوْلُوْا لَيْسَ فِي السَّمَاءِ إِلَهٌ
Jarir bin Abdil Hamiid berkata, “Perkataan Jahmiyah awalnya adalah madu dan akhirnya adalah racun, mereka hanyalah berusaha untuk mengatakan bahwasanya tidak ada Tuhan di atas langit” (Al-‘Uluw li Al-‘Aliy Al-Goffaar 149)
عَنِ ابْنِ الْمُبَارَك قَالَ لَهُ رَجُلٌ : يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمن قَدْ خِفْتُ اللهَ مِنْ كَثْرَةِ مَا أَدْعُو عَلَى الْجَهْمِيَّةِ، قَالَ : لاَ تَخَفْ فَإِنَّهُمْ يَزْعُمُوْنَ أَنَّ إِلَهَكَ الَّذِي فِي السَّمَاءِ لَيْسَ بِشَيْءٍ
Dari Ibnul Mubaarok berkata, “Ada seseorang yang berkata kepadanya, “Wahai Abu Abdirrohman, aku takut kepada Allah karena sering mendoakan kejelekan bagi Jahmiyah !”, Ibnul Mubaarok berkata, “Jangalah kau kawatir sesungguhnya mereka menyangka bahwa Tuhanmu yang berada di atas langit bukanlah sesuatu apapun” (Al-Ibaanah li Ibni Batthoh 3/195, As-Sunnah li Abdillah bin Ahmad 1/112 no 24)
عن عبدالحمن بن مهدي وقيل له : إن الجهمية يقولون : إن القرآن مخلوق ، فقال : إن الجهمية لم يريدوا ذا ، وإنما أرادوا أن ينفوا أن يكون الرحمن على العرش استوى ، وأرادوا أن ينفوا أن يكون الله تعالى كلم موسى ، وقال الله تعالى : {وكلم الله موسى تكليما} وأرادوا أن ينفوا أن يكون القرآن كلام الله تعالى ، أرى أن يستتابوا فإن تابوا وإلا ضربت أعناقهم
Dari Abdurrahman bin Mahdi, dikatakan kepada beliau : “Sesungguhnya Jahmiyah berkata sesungguhnya Al-Qur’an adalah makhluq”, maka Abdurrahman bin Mahdi berkata : “Mereka Jahmiyah bukanlah menghendaki hal ini, akan tetapi mereka ingin untuk menafikan bahwasanya Ar-Rohman (Allah) beristiwa di atas ‘arsy, dan mereka menghendaki untuk menafikan bahwasanya Allah telah berbicara dengan Musa padahal Allah berfirman “Dan Allah telah berbicara kepada Musa” (QS An-Nisaa :164), dan mereka menghendaki untuk menafikan bahwasanya Al-Qur’an adalah perkataan Allah. Aku memandang mereka hendakya dimintai tobat, jika mereka bertaubat (maka baik), akan tetapi jika mereka tidak bertaubat maka dipukul leher mereka” (Al-Asmaa wa As-Sifaat li Al-Baihaqi 1/608 no 546 dan Al-‘Uluw li Adz-Dzahabi 159 no 434)
عن سعيد ابن عامر الضبعي أنه ذكر الجهمية فقال : هم شر قولا من اليهود والنصارى، قد إجتمع اليهود والنصارى وأهل الأديان مع المسلمين على أن الله عزوجل على العرش وقالوا هم ليس عليه شيء
Dari Sa’iid bin ‘Aamir Ad-Dhoba’iy bahwasanya beliau menyebutkan tentang Jahmiyah maka beliau berkata : “Perkataan mereka (Jahmiyah) lebih buruk dari perkataan kaum Yahudi dan kaum Nashrani, sesungguhnya kaum Yahudi dan Nashrani serta seluruh pemeluk agama-agama telah bersepakat dengan kaum muslimin atas bahwasanya Allah Azza wa Jalla berada di atas ‘arsy, sementara Jahmiyah berkata bahwasanya tidak ada sesuatupun di atas ‘arys” (Al-‘Uluw li Adz-Dzahabi 158 no 430)
para ulama hadits yang mengumpulkan hadits-hadits Nabi juga membantah pemahaman Jahmiyah ini. Seperti Al-Imam Al-Bukhari dalam shahihnya berkata كتاب الرد على الجهمية “Kitab bantahan terhadap Jahmiyah” (dan judul seperti ini terdapat dalam shahih Al-Bukhari dalam riwayat Al-Mustamli, dan juga terdapa pada nuskhoh Ibnu Battol dan Ibnu At-Tiin, sebagaimana dijelaskan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Baari 13/344)
Imam Al-Bukhari berkata :
باب قول الله تعالى {تعرج الملائكة والروح إليه} وقوله جل ذكره {إليه يصعد الكلم الطيب} وقال أبو جمرة عن ابن عباس بلغ أبا ذر مبعث النبي صلى الله عليه وسلم فقال لأخيه أَعْلِمْ لِي عِلْمَ هذا الرجلِ الَّذِي يَزْعُمُ أَنَّهُ يَأْتِيْهِ الْخَبَرُ مِنَ السَّمَاءِ
“Bab firman Allah Ta’aala “Para malaikat dan Jibril naik ke Allah” (QS Al-Ma’aarij :4), dan firman Allah “Kepada Allah lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amalan sholeh dinaikkanNya” (QS Faathir : 10). Dan Abu Hamzah berkata, “Dari Ibnu Abbaas : Bahwasanya tatkala kabar tentang diutusnya Nabi Muhammad sampai kepada Abu Dzar maka Abu Dzar –radhiallahu ‘anhu- berkata kepada saudaranya : Kabarkanlah kepadaku tentang ilmu orang ini (yaitu Nabi Muhammad) yang menyangka bahwasanya telah datang kepadanya khabar dari langit !” (Shahih Al-Bukhari 9/126)
Pendalilan Imam Al-Bukhari ini telah diisyaratkan oleh Imam Adz-Dzahabi dalam perkataannya:
حديث أخرجه البخاري في كتاب الرد على الجهمية من صحيحه في باب قوله إليه يصعد الكلم الطيب عن ابن عباس قال بلغ أبا ذر مبعث النبي فقال لأخيه أعلم لي علم هذا الرجل الذي يزعم أنه يأتيه الخبر من السماء
“Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dalam Kitab Bantahan terhadap Jahmiyah dari kitab shahihnya, yaitu pada Bab firman Allah Ta’aala “Kepada Allah lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amalan sholeh dinaikkanNya” (Al-‘Uluw li Al-‘Aliy Al-Goffaar)
Al-Imam Abu Dawud juga membantah Jahmiyah yang mengingkari bahwasanya Allah berada di atas langit, beliau berkata باب فِى الرَّدِّ عَلَى الْجَهْمِيَّةِ “Bab : Bantahan kepada Jahmiyah”, lalu beliau membawakan hadits yaitu
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « يَنْزِلُ رَبُّنَا كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرِ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ »
“Dari Abu Huroiroh bahwasanya Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam berkata, “Rob kita turun ke langit dunia setiap malam tatkala tersisa sepertiga malam yang terakhir, lalu Ia berkata, “Siapakah yang berdoa kepadaKu maka Aku akan kabulkan permintaannya, barang siapa yang meminta kepadaKu maka Aku akan memberinya, dan barang siapakah yang memohon ampunanku maka Aku akan mengampuninya” (Sunan Abi Daawud no 4735)
Hadits tentang nuzul (turunya) Allah ke langit dunia menunjukkan bahwasanya Allah berada di atas langit, yang dijadikan dalil oleh Imam Abu Dawud untuk membantah Jahmiyah yang mengingkari bahwa Allah di atas langit. Ibnu Maajah dalam sunannya membawakan satu bab yang berjudul بَاب فِيمَا أَنْكَرَتْ الْجَهْمِيَّةُ “Perkara-Perkara Yang Diingkari Oleh Al-Jahmiyyah”, Imam At-Tirmidzi juga dalam sunannya membantah Al-Jahmiyyah yang menolak hadits-hadits sifat, demikian juga At-Thobrooni dalam “Al-Mu’jam Al-Kabiir” berkata بَابُ بَيَانِ كُفْرِ الْجَهْمِيَّةِ الضُّلالِ بِرُؤْيَةِ الرَّبِّ عز وجل في الْقِيَامَةِ “Bab Tentang Penjelasan Kafirnya Al-Jahmiyyah Yang Sesat Terhadap Melihat Allah Pada Hari Kiamat”
Ibnu Khuzaimah menyatakan: “ Di dalam khabar (hadits) telah jelas dan shahih bahwasanya Allah ‘Azza Wa Jalla di atas langit dan bahwasanya para Malaikat naik menujuNya dari bumi. Tidak seperti persangkaan orang-orang Jahmiyyah dan Mu’aththilah (penolak Sifat Allah) (Lihat Kitabut Tauhid karya Ibnu Khuzaimah halaman 381)
Mujahid (murid Sahabat Nabi Ibnu Abbas) menafsirkan: (yang dimaksud) dzil Ma’aarij adalah para Malaikat naik menuju Allah (Lihat dalam Shahih al-Bukhari).
firman Allah:
مِنَ اللَّهِ ذِي الْمَعَارِجِ (3) تَعْرُجُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“ dari Allah yang memiliki al-Ma’aarij. Malaaikat dan Ar-Ruuh naik menuju Ia “ (Q.S al-Ma’aarij:3-4).
Mujahid (murid Sahabat Nabi Ibnu Abbas) menafsirkan: (yang dimaksud) dzil Ma’aarij adalah para Malaikat naik menuju Allah (Lihat dalam Shahih al-Bukhari).
Dalam hadits disebutkan:
يَتَعَاقَبُونَ فِيكُمْ مَلاَئِكَةٌ بِاللَّيْلِ وَمَلاَئِكَةٌ بِالنَّهَارِ، وَيَجْتَمِعُونَ فِي صَلاَةِ الْعَصْرِ وَصَلاَةِ الْفَجْرِ، ثُمَّ يَعْرُجُ الَّذِينَ بَاتُوا فِيكُمْ فَيَسْأَلُهُمْ – وَهُوَ أَعْلَمُ بِهِم – فَيَقُولُ: كَيْفَ تَرَكْتُمْ عِبَادِي؟ فَيَقُولُونَ: تَرَكْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ، وَأَتَيْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ
“ Bergantian menjaga kalian Malaikat malam dan Malaikat siang. Mereka berkumpul pada sholat ‘Ashr dan Sholat fajr. Kemudian naiklah malaikat yang bermalam bersama kalian, sehingga Allah bertanya kepada mereka –dalam keadaan Dia Maha Mengetahui- Allah berfirman: Bagaimana kalian tinggalkan hambaKu? Malaikat tersebut berkata: “Kami tinggalkan mereka dalam keadaan sholat, dan kami datangi mereka dalam keadaan sholat” (H.R Al-Bukhari dan Muslim).
Ibnu Khuzaimah menyatakan: “ Di dalam khabar (hadits) telah jelas dan shahih bahwasanya Allah ‘Azza Wa Jalla di atas langit dan bahwasanya para Malaikat naik menujuNya dari bumi. Tidak seperti persangkaan orang-orang Jahmiyyah dan Mu’aththilah (penolak Sifat Allah) (Lihat Kitabut Tauhid karya Ibnu Khuzaimah halaman 381)
Seperti juga firman Allah:
إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ
“ kepada-Nyalah naik ucapan yang baik dan amal sholih dinaikkannya” (Q.S Fathir:10)
Disebutkan pula dalam hadits:
عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ رضي الله عنه قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنَ الشُّهُورِ، مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ؟ قَالَ: «ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ»
Dari Usamah bin Zaid –semoga Allah meridhoinya- beliau berkata: Aku berkata: Wahai Rasulullah aku tidak pernah melihat shaummu di bulan lain sebagaimana engkau shaum pada bulan Sya’ban? Rasul bersabda: Itu adalah bulan yang banyak manusia lalai darinya antara Rajab dengan Ramadlan. Itu adalah bulan TERANGKATNYA AMALAN-AMALAN MENUJU TUHAN semesta alam. Maka aku suka jika amalku terangkat dalam keadaan aku shaum (puasa)(H.R AnNasaa-i, shahih).
****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar