Meluruskan dan membantah syubhat Asya’iroh 1
Syubhat Asya'iroh, katanya Ibnu Abbas mentakwil 'kursi' dlm menafsiri ayat kursi dgn 'ilmu' Alloh.
اول ابن عباس رضى الله عنه للكرسى عند تفسيره لاية الكرسى بالعلم
(الطبرى ٧/٣)
Jawaban.
Itu adalah syubhat jadul yang dipakai Bisy Al Marisi gembong Mutazilah Jahmiyah untuk sesuai hawa nafsunya membolehkan mentakwil sifat Allâh ta'ala.
Syubat ini sudah lama dibantah para ulama ashabul hadits, mereka adalah pemegang aqidah salaf, murid murid para tabi'ut tabi'in yang sanadnya bersambung nabi shollallohu'alaihiwasallam, mereka lebih paham agama dari pada kaum mu'tazilah Jahmiyah yang dikafirkan oleh para ulama.
Mereka seperti Imam Ahmad bin Hanbal dalam kitabnya Rodd alal Jahmiyah wa zabadiqoh, Abdullah bin Ahmad dalam kitab As-Sunnah, Ibnu Khuzaimah dalam At-Tauhid, Ad-Darimi dalam rodd alal bisr marisi, Ibnu Abdil dalam at Tamhiid, dan banyak ulama lainnya yang mereka sebagian ulama Syafi'iyah Salafi,
Anehnya Syafi'iyah mutaakhirin banyak ke Asy’ariyah padahal dahulu pendahulu mereka ramai ramai membantah dan menyesatkan Asy'ariyah.
Klaim takwil Ibn Abbas rodhiyallohu anhu dalam menafsirkan kursi:
Disandarkan apa yang at-Thabari riwayatkan melalui Ja`far bin Abi al-Mughira, dari Sa`id bin Jubayr, dari Ibn Abbas, bahwa dia berkata:
(وسع كرسيه) البقرة/255: كرسيه: علمه" اهـ.
(kursinya seluas) QS Al-Baqarah 255
Ibnu Abbas : " Kursi Nya: IlmuNya.”
Ini tidak benar dari Ibn Abbas karena beberapa alasan:
Pertama : munculnya Ja`far ibn Abi al-Mughira, dan di terlalu layyin (lembut, bermudahan). Al-Hafiz Ibn Hajar Al Asqalani memberi ringkasan hukumnya dan berkata: (Soal Saduq) [At Taqrib Al-Tahdhib (h. 201)] Ibnu Hajar berkata :
"Dan yang semisal ini tidak dapat diterima karena keunikannya dengan cara yang sama menurut ahli hadits, terutama dari mereka seperti Said bin Jubayr, kecuali dia memiliki pengkhususan di dalamnya, dan jika ditambah dengan ini maka makin kontradiksi dengan qoul sahabat yang terpercaya lainnya dari banyak sahabat seperti riwayat Saeed bin Jubayr, maka tidak diragukan lagi perlu untuk menilai kesalahannya dan ke syadz nya".
Ini menunjukkan Ibnu Hajar tidak sepenuhnya Asy'ariyah tulen, selain ini banyak tulisan Ibnu Hajar, juga an Nawawi membantah Asya’iroh.
Kedua: Ja'far ibn Abi al-Mughira telah menyelisihi sanad yang lebih kuat /dipercaya yakni dalam riwayat Sa'id bin Jubayr, yang murid Ibnu Abbas langsung.
Diriwayatkan dari Muslim, Al-Batin meriwayatkannya dari Said bin Jubair rohimahullah dari Ibn Abbas rodhiyallohu'anh, bahwa Rosul shollallohu'alaihiwasallam berkata:
قال: (كرسيه موضع قدميه، والعرش لا يقدر قدره) اهـ
(Kursi adalah tempat duduk Allah, dan Arsy nya tidak terukur ukurannya). Selesai. [HR Abd al-Razzaq dalam Tafsirnya (3/251),
Ad-Darimi dalam Rodd ala Bisyr Al-Murisi (1/412),
Ibn Abi Hatim in Tafsir (2/491), Abdullah dalam Sunnah (2/586),
Ibn Khuzaymah dalam Al-Tawhid (h. 107) dan Ibn Abi Shaybah dalam Al-Arsh (hal. 79),
Abu Al-Sheikh dalam Al-Azma (2/582),
Ibnu Mandah dalam Rodd ala Al-Jahmiyyah (hal. 44),
Ibn Battah dalam Al-Ibanah (3/337),
Al-Daraqutni dalam Al-Sifat (hal. 111) dan Al-Hakim (2/310), dan beliau berkata: hadits ini shahih sesuai syarat dua syekh (Bukhori muslim).
Adz-Dzahabi, Al-Bayhaqi dalam Asma wassifat (hal. 474),
Abu Dzar al-Harawi dalam Arbain di Tauhid (hal. 57) dan Al-Khatib di Tarikh Baghdad (9/251) setuju dengannya. Dan al-Dzahabi meriwayatkannya dalam al-'uluw (hal. 76),
Dan Muslim Al-Batin ini adalah orang yang paling dapat dipercaya oleh Sa`id bin Jubayr, juga Bukhari dan Muslim memasukkan atas namanya. Ibn Mandah berkata dari Ja`far ibn Abi al-Mughira: (Ja`far bukan murid menjadi pengikutnya, dan dia tidak kuat dalam meriwayatkan dari Sa`id ibn Jubayr). [Rodd Alal Jahmiyah (h. 45)].
Ketiga: Ahli Hadits dan para imam menshahihkan riwayat itu maknanya tempat 2 kaki, dan melemahkan riwayat al-Mughira dalam "al-ilm":
- Abu Zur'ah menshahihkan lalu dia berkata tentang apa yang diriwayatkan Ibn Mandah dalam Tauhid, dia berkata: (Abu Zur'ah ditanya tentang hadits Ibn Abbas tentang tempat 2 kaki, lalu dia berkata: shahih)... [Al-Tauhid (3/309)].
- Al-Daraqutni meriwayatkan dalam As sifat dengan sanadnya: dari Al-Abbas bin Muhammad Al-Duri, dia berkata: Saya mendengar Yahya bin Ma'in berkata: (Saya menyaksikan Zakaria bin Uday bertanya Waki' ? Jadi di berkata: Wahai Abu Sufyan, hadits ini berarti: seperti kursi di mana 2 kaki berada, begini ?
Waki' berkata: Kami diberitahu Ismail bin Abi Khaled, Sufyan, dan Mussa'ar, mereka meriwayatkan tentang hadits ini dan tidak menjelaskan apa pun. [HR Al-Daraqutni dalam As-Sifat (h. 163) dan Al-Bayhaqi dalam asma wassifat (hal. 474), dan itu ada dalam Tarikh Ibn Ma`in menurut riwayat Al-Duri (3/520)].
Dan Ad-Darimi berkata dalam “Bantahan untuk Bisr Al-Marisi”: (Dikatakan kepada Al-Marisi ini: Adapun apa yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas, itu dari riwayat Jafar al-Ahmar, dan Jafar al-Ahmar bukan dari orang yang mengandalkan riwayatnya, karena perawi terpercaya menyelisihi dengannya. Muslim Al-Batin meriwayatkan dari said bin jubair Dari Ibnu Abbas dalam Al-Kursi, bertentangan dengan apa yang diklaim terhadap Ibnu Abbas sebelumnya. - lalu sanadnya dari Muslim Al-Batin dengannya, lalu berkata: Al-Marisy membaca hadits ini dan menshahihkannya. [Rodd ala Al-Marisi (1/411)].
Al-Bayhaqi meriwayatkan dua jalan dalam "Asma dan As-Sifat" dan berkata: (Dan Yang Maha Kuasa berkata:
(وقال تبارك وتعالى: (وسع كرسيه السماوات والأرض) البقرة255
(Luasnya kursi Allah seluas langit dan bumi) QS Al-Baqarah 255.
Dan kami meriwayatkan dari Said bin Jubayr, dari Ibn Abbas rodhiyallohu anh, bahwa dia berkata: Ilmu-Nya.
Akan tetapi, Semua riwayat dari Ibn Abbas dan lainnya menunjukkan bahwa yang dimaksud kursi, yang terkenal disebutkan bersama al Arsy. [Asma wassifat (hlm. 497)].
- Dan Al-Dzahabi berkata dalam al uluw : (Dan Ibn Abbas berkata: kursinya : ilmunya. Ini berasal dari jalan Jaafar Al-Ahmar, ia Layyin, dan Ibn Al-Anbari berkata: Dia hanya meriwayatkan ini dengan sanad yang tercela). [Al Uluw (hlm. 117)].
Abu Mansour Al-Azhari berkata dalam Tahdhib Al-Lugha: (Yang benar tentang riwayat Ibnu Abbas dalam Al-Kursi adalah apa yang (Sufyan) Al-Tsauri dan lain-lain ceritakan tentang dari Ammar Al-Dahni dari Muslim Al-Batin - seperti yang telah disebut diatas - lalu dia berkata: Ini adalah riwayat yang paling disepakati para ulama tentang keasliannya, bahwa ulama menyetujui keasliannya, dan yang diriwayatkan adalah dari Ibn Abbas dalam al kursi adalah al ilmu, Hal ini tidak dibuktikan oleh mereka yang mengetahui berita tersebut. [Tahdhib Lugho oleh al-Azhari (10/54)].
Keempat: Penafsiran kursi sebagai tempat 2 kaki sesuai dengan apa yang dibenarkan dari hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam dan ucapan para sahabat, rodhiyallohu anhum.
Dari Abu Dzar, bahwa Nabi, shollallohu'alaihiwasallam bersabda: (perbandingan Tujuh langit dan arsy tidak lain adalah seperti lingkaran yang terletak di tanah orang-orang, dan besarnys arsy dengan kursi seperti lapangan dengan lingkaran cincin itu).
[HR. Ibn Jarir tobary (3/10), Ibn Abi Shaybah dalam Arsy (h. 77), Ibn Battah in Al-Ibanah (3/181), Abu Al-Sheikh di Al-Azma (2 / 570,649), Ibn Hibban dalam Sahih (1/287), dan Abu Naim di Al-Hilya (1/166) dan Al-Bayhaqi dalam asma wassifat (h. 510). Al-Albani menshahihkan dalam As-Silsilah As-Sahih (1/174, No. 109))
Abdullah bin Mas'ud rodhiyallohu anhu berkata: (Apa yang diantara langit dan bumi adalah perjalanan lima ratus tahun, kemudian antara setiap langit adalah jalan lima ratus tahun, dan setiap langit menebal jalan lima ratus tahun, kemudian antara langit ketujuh dan Arsy lima ratus tahun, dan antara kursi dan air Lima ratus tahun, dan Arsy berada di atas air, dan Tuhan Yang Maha Kuasa berada di atas Arsy, dan tidak ada yang tersembunyi dari amalan kamu.) [HR Al-Darami Rodd ala Al-Jahmiyyah (h. 55), Ibn Khuzaymah dalam al-Tawhid (hal. 105-106), al-Tabrani dalam al-Kabir (9/202), Abu al-Sheikh dalam al-Azma (2/565, 689), Ibn Battah dalam al-Ibanah (3/171), (dan 3) / 395), al Lalikai (3/395) dan Ibn Abd al-Bar dalam at Tamhiid (7/139) al-Bayhaqi dalam asma wassifat (hal. 507). Al-Dhahabi meriwayatkannya dalam al-'Uluw (hal. 79) dan menghubungkannya dengan Abdullah bin al-Imam Ahmad dalam As Sunnah, Abu Bakr bin al-Mundhir, Abu Ahmad al-Asal dan Abu Umar al-Talamanki, dan dia berkata: sanadnya shahih. Al-Albani menilai itu sebagai shahih dalam Mukhtasar Al-ulu (hlm. 75)
Dengan demikian menjadi bukti bahwa klaim ini tidak benar dari Abbas rodhiyallohu anhu, karena keganjilannya, dan kesalahan dalam menukil nya.
Bacaan lainnya
https://maktabahabufateema.blogspot.com/2020/12/meluruskan-dan-membantah-syubhat_45.html
https://maktabahabufateema.blogspot.com/2020/12/meluruskan-dan-membantah-syubhat_12.html
https://maktabahabufateema.blogspot.com/2020/12/meluruskan-dan-membantah-syubhat.html
https://maktabahabufateema.blogspot.com/2020/12/meluruskan-dan-membantah-syubhat_15.html
https://maktabahabufateema.blogspot.com/2020/12/meluruskan-dan-membantah-syubhat_53.html
https://maktabahabufateema.blogspot.com/2020/11/tersingkirnya-peran-ulama-syafiiyah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar