Dalil dan atsar tentang ketaatan pada penguasa, baik atau zalim, tidak mengikuti sunnah (tidak berhukum Allâh)
Dalil ayat
وَإِذَا جَاءهُمْ أَمْرٌ مِّنَ الأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُواْ بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُوْلِي الأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلاَ فَضْلُ اللّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لاَتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلاَّ قَلِيلاً {83} [النساء]
Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil Amri). kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً {59} [النساء]
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Hadits-hadist tentang wajibnya taat pada pemimpin
عن أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (( من أطاعني فقد أطاع الله ومن يعصني فقد عصى الله ومن يطع الأمير فقد أطاعني ومن يعص الأمير فقد عصاني)) (رواه مسلم: 3/1466 (1835)
Dari sahabat Abu hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ia bersabda: “Barang siapa yang mentaati aku sungguh ia telah mentaati Allah, dan barang siapa yang durhaka padaku sungguh ia telah mendurhakai Allah, barang siapa yang taat pada pemimpin sungguh ia telah taat padaku, dan barang siapa yang durhaka pada pemimpin sungguh ia telah durhaka padaku”.
Wajib taat pada penguasa sekalipun mereka berlaku zhalim.
عن عبد الله بن مسعود قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ثم إنها ستكون بعدي أثرة وأمور تنكرونها قالوا يا رسول الله كيف تأمر من أدرك منا ذلك قال تؤدون الحق الذي عليكم وتسألون الله الذي لكم (رواه مسلم: 3//1472 (1843)
Dari Abdullah bin mas’ud ia berkata telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Akan datang sesudahku kezhaliman, dan tindakan-tindakan yang kalian ingkari.” Lalu para sahabat bertanya, “ya Rasulullah apa nasehat engkau bagi orang yang mendapat keadaan yang demikian, lalu Beliau bersabda: “Tunaikan kewajiban yang dibebankan kepada kalian, dan minta kepada Allah sesuatu yang untuk kalian”.
سأل سلمة بن يزيد الجعفي t رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال: يا نبي الله أرأيت إن قامت علينا أمراء يسألونا حقهم ويمنعونا حقنا فما تأمرنا فأعرض عنه ثم سأله فأعرض عنه ثم سأله في الثانية أو في الثالثة فجذبه الأشعث بن قيس وقال اسمعوا وأطيعوا فإنما عليهم ما حملوا وعليكم ما حملتم (رواه مسلم: 3/ 1474 (1846)
Salamah bin Yazid Al Ju’fiy bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Wahai Nabi Allah bagai mana pendapat engkau bila diangkat diatas kami pemimpin-pemimpin yang menuntut segala hak mereka, tetapi mereka menahan hak-hak kami, apa perintahmu untuk kami ya rasulullah?, maka Rasulullah berpaling darinya, sampai ia tanyakan tiga kali namun rasulullah tetap berpaling darinya. Kemudian Al Asy’ast bin Qais menariknya dan berkata: “Dengar dan taati, sesungguhnya mereka tanggung jawab terhadap apa yang dibebankan atas mereka dan kalian bertanggung jawab terhadap apa yang dibebankan atas kalian”.
قال حذيفة بن اليمان قلت: يا رسول الله إنا كنا بشر فجاء الله بخير فنحن فيه فهل من وراء هذا الخير شر؟، قال: نعم، قلت: هل وراء ذلك الشر خير؟ قال: نعم، قلت: فهل وراء ذلك الخير شر؟ قال نعم، قلت كيف قال: ((يكون بعدي أئمة لا يهتدون بهداي ولا يستنون بسنتي وسيقوم فيهم رجال قلوبهم قلوب الشياطين في جثمان إنس قال قلت كيف أصنع يا رسول الله إن أدركت ذلك قال تسمع وتطيع للأمير وإن ضرب ظهرك وأخذ مالك فاسمع وأطعْ)) (رواه مسلم: 3/1476 (1847)
Huzaifah bin al Yaman bertutur; aku berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Ya Rasulullah!, dulu kami berada dalam kejelekan (masa jahiliyah) lalu Allah mendatangkan kebaikan (Islam) yang kami sekarang berda dalamnya, apakah dibelakang kebaikan ini akan ada lagi kejelekan?“, Beliau menjawab; “Ya”.lalu Huzaifah berkata lagi: “Apaka setelah itu akan ada lagi kebaikan?” Beliau menjawab, “Ya”, Huzaifah berkata lagi, “Apakah setelah itu akan ada lagi kejelekan?” Beliau menjawab,“Ya”. Huzaifah berkata lagi, “Bagaimana hal demikian?”, Beliau menjawab, “Akan datang pada suatu masa setelah aku para pemimpin yang tidak berpedoman kepada petunjukku, dan tidak melaksanakan sunnahku, dan akan berdiri di tengah-tengah mereka para lelaki yang hati mereka adalah hati syaitan yang terdapat dalam tubuh manusia.” Lalu Huzaifah berkata, “Apa yang harus aku lakukan ya Rasulullah, jika aku mendapati keadaan yang demikian?” “Dengar dan taatlah pada pemimpin, sekalipun ia memukul punggungmu dan mengambil hartamu, maka tetaplah dengarkan dan patuhi perintahnya”.
عن بن عباس قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ((من رأى من أميره شيئا يكرهه فليصبر فإنه من فارق الجماعة شبرا فمات فميتة جاهلية)) (رواه مسلم: 3/1477 (1849)
Dari Ibnu abbas ia berkata: telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barang siapa yang melihat sesuatu yang dibencinya dari pemimpinnya, maka hendaklah ia bersabar, sesungguhnya siapa yang meninggalkan jamaah barang satu jengkal saja lalu ia mati maka kematiannya berada dalam kejahiliyaan”.
عن بن عباس عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: ((من كره من أميره شيئا فليصبر عليه فإنه ليس أحد من الناس خرج من السلطان شبرا فمات عليه إلا مات ميتة جاهلية)) (رواه مسلم : 3/1478 (1849)
Dari Ibnu Abbas dari
LRasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda: “Siapa yang membenci sesuatu dari pemimipinnya maka hendaklah ian sabar terhadapnya, krena sesungguhnya tidak seorang pun yang keluar menetang penguasa barang sejengkal lalu ia mati dalam hal demikian, kecuali ia mati dalam keadaan kejahiliyaan”.
LRasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda: “Siapa yang membenci sesuatu dari pemimipinnya maka hendaklah ian sabar terhadapnya, krena sesungguhnya tidak seorang pun yang keluar menetang penguasa barang sejengkal lalu ia mati dalam hal demikian, kecuali ia mati dalam keadaan kejahiliyaan”.
عن أم سلمة زوج النبي صلى الله عليه وسلم عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال ((إنه يستعمل عليكم أمراء فتعرفون وتنكرون فمن كره فقد برئ ومن أنكر فقد سلم ولكن من رضي وتابع قالوا يا رسول الله ألا نقاتلهم قال لا ما صلوا أي من كره بقلبه وأنكر بقلبه)) (رواه مسلم: 3/1481 (1854)
Dari Ummi sulaim Istri
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa sesungguhnya beliau bersabda, “Sesungguhnya akan diangkat diatas kalian para pemimpin, kalian mengenal dan mengingkari (tindak-tanduk mereka), barang siapa yang membenci perbuatan tersebut sungguh ia telah terlepas dari dosa, dan barang siapa yang mengingkarinya sungguh ia telah selamat, tetapi siapa yang redha dan mengikutinya (maka ia ikut berdosa).” Lalu para sahabat berkata, “Ya Rasulullah bukankah kita memerangi mereka?” Beliau jawab, “Tidak, selama mereka masih shalat”,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa sesungguhnya beliau bersabda, “Sesungguhnya akan diangkat diatas kalian para pemimpin, kalian mengenal dan mengingkari (tindak-tanduk mereka), barang siapa yang membenci perbuatan tersebut sungguh ia telah terlepas dari dosa, dan barang siapa yang mengingkarinya sungguh ia telah selamat, tetapi siapa yang redha dan mengikutinya (maka ia ikut berdosa).” Lalu para sahabat berkata, “Ya Rasulullah bukankah kita memerangi mereka?” Beliau jawab, “Tidak, selama mereka masih shalat”,
Maksudnya membenci dan mengingkari tindakkan tersebut dengan hati.
عن عوف بن مالك عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: ((خيار أئمتكم الذين تحبونهم ويحبونكم ويصلون عليكم وتصلون عليهم وشرار أئمتكم الذين تبغضونهم ويبغضونكم وتلعنونهم ويلعنونكم قيل يا رسول الله أفلا ننابذهم بالسيف فقال لا ما الصلاة وإذا رأيتم من ولاتكم شيئا تكرهونه فاكرهوا عمله ولا تنزعوا يدا من طاعة)) (رواه مسلم: 3/1481 (1855)
Dari Auf bin Malik dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ia bersabda, “Sebaik-baik pemimpin kalian adalah yang kalian cintai mereka, dan mereka pun mencintai kalian, kalian mendo’akan mereka, mereka pun mendoakan kalian, sejelek-jelek pemimpin kalian adalah yang kalian benci terhadap mereka, mereka pun benci terhadap kalian, dan kalian melaknat mereka, merekapun melaknat kalian.” Lalu ada yang berkata, “Ya Rasulullah apakah kita tidak melawan mereka dengan senjata?, Beliau menjawab, “Tidak selama masih shalat. Bila kalian melihat sesuatu yang kalian benci dari pemimpin kalian, maka cukup kalian membenci tindakannya saja, dan jangan kalian melepaskan tangan kalian dari ketaatan”.
Dari Ali bin Abi Thalib bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada ketaatan dalam kemaksiatan pada Allah, sesungguhnya ketaatan tersebut dalam hal yang ma’ruf (baik)”. (Muslim)
Atsar para salaf
قال القاسم بن عثمان الجوعي: “حب الرياسة أصل كلّ موبقة”. (انظر: “حلية الأولياء”: 9/323، و”صفة الصفوة”: 4/236
Al Qosim bin utsman al ju'i, Cinta kekuasaan adalah sumber segala mala petaka
وقال الحسن البصري: “لو أنّ الناس إذا ابتلوا من قبل سلطانهم صبروا، ما لبثوا أن يفرج عنهم ولكنّهم يجزعون إلى السيف فيوكلون إليه، فوالله ما جاؤوا بيوم خير قط”
Hasan al bashri, “Jikalau seandainya manusia sabar sa’at mendapat cobaan dari pihak penguasa mereka, dalam senggang waktu akan di bebaskan dari mereka, tetapi mereka tidak sabar untuk mempergunakan senjata sehingga mereka diserahkan kepada senjata tersebut, demi Allah mereka tidak pernah mendatangkan kebaikkan barang satu haripun
وقال أيضاً: (ياأيها الناس إنه والله ما سلّط الله الحجاج عليكم إلاّ عقوبة فلا تعارضوا عقوبة الله بالسيف ولكن عليكم السكينة والتضرع). أخرجهما ابن سعد في “الطبقات”: 7/164-165.
Ia juga berkata, “Wahai para manusia sesungguhnya Allah tidak mengangkat Hajjaj sebagai penguasa diatas kalian melainkan sebagai hukuman, maka jangan kalian menolak hukuman Allah dengan pedang tetapi hadapilah oleh kalian dengan tenang dan merendahkan diri kepada Allah”.
قلت: كما قال سبحانه }وكذلك نولّي بعض الظالمين بغضاً بما كانوا يكسبون{ [الأنعام: 129]
“Dan karena itu kami angkat sebahagian orang-orang zalim sebagai pemimpin terhadab bagian yang lainnya dengan sebab apa yang mereka usahakan”.
Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, bersabda, "Nanti setelah aku akan ada seorang pemimpin yang tidak mendapat petunjukku (dalam ilmu) dan tidak pula melaksanakan sunnahku (dalam amal). Nanti akan ada di tengah-tengah mereka orang-orang yang hatinya adalah hati setan, namun jasadnya adalah jasad manusia." Aku berkata, "Wahai Rasulullah, apa yang harus aku lakukan jika aku menemui zaman seperti itu?" Beliau bersabda, "Dengarlah dan ta'at kepada pemimpinmu, walaupun mereka menyiksa punggungmu dan mengambil hartamu. Tetaplah mendengar dan ta'at kepada mereka." (HR. Muslim no.1847)
Ibnul Abil Izz rahimahullah berkata, "Hukum mentaati pemimpin adalah wajib, walaupun mereka berbuat zholim (kepada kita). Jika kita keluar dari mentaati mereka maka akan timbul kerusakan yang lebih besar dari kezholiman yang mereka perbuat. Bahkan bersabar terhadap kezholiman mereka dapat melebur dosa-dosa dan akan melipat gandakan pahala. Allah Ta'ala tidak menjadikan mereka berbuat zholim selain disebabkan kerena kerusakan yang ada pada diri kita juga. Ingatlah, yang namanya balasan sesuai dengan amal perbuatan yang dilakukan (al jaza' min jinsil 'amal). Oleh karena itu, hendaklah kita bersungguh-sungguh dalam istighfar dan taubat serta berusaha mengkoreksi amalan kita." (Syarh Aqidah Ath Thohawiyah, hal.381)
Dari Ibnu 'Abbas, Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, bersabda, "Barangsiapa melihat sesuatu pada pemimpinnya sesuatu yang tidak ia sukai, maka bersabarlah. Karena barangsiapa yang melepaskan diri satu jengkal saja dari jama'ah, maka ia mati seperti matinya jahiliyah. (mati dalam keadaan jelek dan bukan mati kafir)." (HR. Bukhari no.7054, dan Muslim no.1849)
Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi rahimahullah menjelaskan diantara prinsip aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah:
ولا نرى الخروج على أئمتنا وولاة أُمورنا ، وإن جاروا ، ولا ندعوا عليهم ، ولا ننزع يداً من طاعتهم ونرى طاعتهم من طاعة الله عز وجل فريضةً ، ما لم يأمروا بمعصيةٍ ، وندعوا لهم بالصلاح والمعافاة
“Dan kami tidak memandang bolehnya memberontak kepada para pemimpin dan pemerintah kami, meskipun mereka berbuat zhalim. Kami tidak mendoakan kejelekan kepada mereka. Kami tidak melepaskan diri dari ketaatan kepada mereka dan kami memandang ketaatan kepada mereka adalah ketaatan kepada Allah sebagai suatu kewajiban, selama yang mereka perintahkan itu bukan kemaksiatan (kepada Allah). Dan kami doakan mereka dengan kebaikan dan keselamatan.” (Al-Aqidah Ath-Thahawiyah, Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi Al-Hanafi rahimahullah)
“Dan kami tidak memandang bolehnya memberontak kepada para pemimpin dan pemerintah kami, meskipun mereka berbuat zhalim. Kami tidak mendoakan kejelekan kepada mereka. Kami tidak melepaskan diri dari ketaatan kepada mereka dan kami memandang ketaatan kepada mereka adalah ketaatan kepada Allah sebagai suatu kewajiban, selama yang mereka perintahkan itu bukan kemaksiatan (kepada Allah). Dan kami doakan mereka dengan kebaikan dan keselamatan.” (Al-Aqidah Ath-Thahawiyah, Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi Al-Hanafi rahimahullah)
AI-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah juga menukil ijma’. Dari Ibnu Batthal rahimahullah, ia berkata: “Para fuqaha telah sepakat wajibnya taat kepada pemerintah (muslim) yang berkuasa, berjihad bersamanya, dan bahwa ketaatan kepadanya lebih baik daripada memberontak.” (Fathul Bari, 13/7)
Abdul Malik bin Marwan juga mengatakan, “Berbuat adillah kalian, wahai rakyat! Kalian menginginkan kami untuk berjalan dengan perihidup Abu Bakr dan ‘Umar, padahal kalian tidak berbuat demikian terhadap kami dan pada diri kalian.” (Sirajul Muluk, hlm. 100—101, dinukil dari Fiqih Siyasah Syar’iyyah, hlm. 165—166)
Al-Hasan al-Bashri rahimahullahu mengatakan, “Ketahuilah—semoga Allah Azza wa Jalla memberimu ‘afiyah (keselamatan)—bahwa kezaliman para raja merupakan azab dari Allah Azza wa Jalla. Dan azab Allah Azza wa Jalla itu tidak dihadapi dengan pedang, akan tetapi dihindari dengan doa, taubat, kembali kepada Allah Azza wa Jalla , serta mencabut segala dosa. Sungguh azab Allah Azza wa Jalla jika dihadapi dengan pedang maka ia lebih bisa memotong.” (asy-Syari’ah karya al-Imam al-Ajurri t, hlm. 38, dinukil dari Fiqih Siyasah Syar’iyyah, hlm. 166—167).
يَكُوْنُ بَعْدِيْ أَئِمَّةٌ لاَ يَهْتَدُوْنَ بِهُدَايَ وَلاَ يَسْتَنُّوْنَ بِسُنَّتِي وَسَيَقُوْمُ فِيْهِمْ رِجَالٌ قُلُوْبُهُمْ قُلُوْبُ الشَّيَاطِيْنِ فِي جُثْمَانِ إِنْسٍ. (قَالَ حُذَيْفَةُ): كَيْفَ أَصْنَعُ يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنْ أَدْرَكْتُ ذَلِكَ؟ قَالَ: تَسْمَعُ وَتُطِيْعُ لِلْأَمِيْرِ وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ وَأُخِذَ مَالُكَ
“Akan datang setelahku para pemimpin yang tidak mengikuti petunjukku, tidak menjalani sunnahku, dan akan berada pada mereka orang-orang yang hati mereka adalah hati-hati setan yang berada dalam jasad manusia.” (Hudzaifah berkata), “Wahai Rasulullah, apa yang aku perbuat jika aku menemui mereka?” Beliau menjawab, “Engkau dengar dan engkau taati walaupun punggungmu dicambuk dan hartamu diambil.” (Sahih, HR. Muslim)
إِنَّهَا سَتَكُوْنُ بَعْدِيْ أَثَرَةٌ وَأُمُوْرٌ تُنْكِرُوْنَهَا. قَالُوا: يَا رَسُوْلَ اللهِ فَمَا تَاْمُرُنَا؟ قَالَ: تُؤَدُّوْنَ الْحَقَّ الَّذِيْ عَلَيْكُمْ وَتَسْأَلُوْنَ اللهَ الَّذِيْ لَكُمْ
“Sesungguhnya akan terjadi setelahku para pemimpin yang mementingkan diri mereka (tidak memberikan hak kepada orang yang berhak) dan perkara-perkara yang kalian ingkari.” Mereka mengatakan, “Wahai Rasullullah, apa yang engkau perintahkan kepada kami?” Beliau menjawab, “Berikan hak mereka yang menjadi kewajiban kalian dan mintalah kepada Allah hak kalian.” (Sahih, HR. al-Bukhari dan Muslim)
Salamah bin Yazid al-Ju’fi radhiyallahu ‘anhu berkata kepada Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam :
يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَرَأَيْتَ إِنْ قَامَتْ عَلَيْنَا أُمَرَاءُ يَسْأَلُوْنَا حَقَّهُمْ وَيَمْنَعُوْنَ حَقَّنَا فَمَا تَأْمُرُنَا؟ … قَالَ: اسْمَعُوْا وَأَطِيْعُوا فَإِنَّمَا عَلَيْهِمْ مَا حُمِّلُوْا وَعَلَيْكُمْ مَا حُمِّلْتُمْ
“Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika pemimpin kami adalah pemimpin yang meminta kepada kami hak mereka dan tidak memberikan kepada kami hak kami?”… Beliau menjawab, “Dengar dan taati, sesungguhnya kewajiban mereka apa yang dibebankan kepada mereka dan kewajiban kalian apa yang dibebankan kepada kalian.” (Sahih, HR. Muslim)
شِرَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِيْنَ تُبْغِضُوْنَهُمْ وَيُبْغِضُوْنَكُمْ وَتَلْعَنُوْنَهُمْ وَيَلْعَنُوْنَكُمْ. قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَفَلاَ نُنَابِذُهُمْ بِالسَّيْفِ؟ فَقَالَ: لاَ، مَا أَقَامُوْا فِيْكُمُ الصَّلاَةَ، وَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْ وُلاَتِكُمْ شَيْئًا تَكْرَهُوْنَهُ فَاكْرَهُوْا عَمَلَهُ وَلاَ تَنْزِعُوْا يَدًا مِنْ طَاعَةٍ
“Sejelek-jelek pemimpin kalian adalah yang kalian membencinya dan membenci kalian, yang kalian melaknatinya dan melaknati kalian.” Dikatakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, tidakkah kita melawannya dengan pedang?” Beliau mengatakan, “Jangan, selama ia mendirikan shalat (di antara) kalian dan jika kalian melihat pada pemimpin kalian sesuatu yang kalian benci maka bencilah amalnya dan jangan kalian cabut tangan kalian dari ketaatan.” (Sahih, HR. Muslim)
Rosul ditanya tentang para penguasa oleh ‘Adi bin Hatim radhiyallahu ‘anhu:
قُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، لاَ نَسْأَلُكَ عَنْ طَاعَةِ مَنِ اتَّقَى وَلَكِنْ مَنْ فَعَلَ وَفَعَلَ –فَذَكَرَ الشَّرَّ- فَقَالَ: اتَّقُوا اللهَ وَاسْمَعُوْا وَأَطِيْعُوْا
Kami katakan, “Wahai Rasulullah, kami tidak bertanya kepadamu tentang taat kepada orang yang bertakwa, akan tetapi tentang orang yang melakukan demikian dan demikian”—ia menyebutkan kejelekan-kejelekan. Maka Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Bertakwalah kepada Allah, dengarkan dan taati (penguasa itu).” (HR. Ibnu Abu ‘Ashim, asy-Syaikh al-Albani rahimahullahu mengatakan, “Hadits yang sahih”, dinukil dari Mu’amalatul Hukkam, hlm. 124)
1. Dari Wail bin Hujr, berkata: Kami bertanya:
Wahai Rasulullah! Bagaimana pendapatmu jika kami punya amir (dimana mereka) menahan hak kami dan mereka meminta haknya dari kami? Maka beliau menjawab: (Hendaknya kalian) dengar dan taati mereka, karena hanyalah atas mereka apa yang mereka perbuat, dan atas kalian yang kalian perbuat.
(HR. Muslim no. 1846 dari hadits Asyats bin Qais)
2. Dari Hudzaifah bin Yaman berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
Akan ada sepeninggalku nanti para pemimpin yang tidak mengambil petunjukku, dan tidak mengambil sunnah dengan sunnahku. Akan muncul (pula) ditengah-tengah kalian orang-orang (dikalangan penguasa) yang hatinya adalah hati syaithan dalam wujud manusia. Aku (Hudzaifah) bertanya: Apa yang harus saya perbuat jika aku mendapatinya? Beliau bersabda: (Hendaknya) kalian mendengar dan taat kepada amir, meskipun dia memukul punggungmu dan merampas hartamu.
(Hadits shahih riwayat Muslim dalam Shahihnya no. 1847 (52))
3. Dari Adi bin Hathim berkata:
Kami bertanya:Ya Rasulullah, kami tidak bertanya kepadamu tentang (ketaatan) kepada (amir) yang bertaqwa, akan tetapi bagaimana yang berbuat (demikian) dan berbuat (demikian) (Adi bin Hathim menyebutkan perbuatan yang jelek)? Maka Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: Bertaqwalah kepada Allah dan (tetaplah) mendengar dan taat (kepada mereka).
(HR. Ibnu Abi Ashim dan dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Ad-Dhilal hal 493 no. 1069)
4. Dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
Wajib bagi kamu mendengar dan taat baik dalam keadaan sulit ataupun mudah, semangat ataupun tidak suka, walaupun ia sewenang-wenang terhadapmu.
(HR. Muslim)
B. Mendengar & taat dalam perkara yang maruf, bukan dalam perkara maksiat
5. Dari Ibnu Umar berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
Wajib atas seorang muslim (untuk) mendengar dan taat (kepada pemimpin) pada apa yang ia sukai ataupun yang ia benci, kecuali kalau ia diperintah (untuk) berbuat maksiat, maka tidak ada mendengar dan taat.
(HR. Bukhari dan Muslim)
C. Larangan Menghina (Menjelek-Jelekkan) Penguasa & Perintah Memuliakannya Walau Zalim Sekalipun
6. Dari Muawiyah berkata:
Tatkala Abu Dzar keluar ke Ribdzah, dia ditemui sekelompok orang dari Irak, kemudian mereka berkata: Wahai Abu Dzar, pancangkanlah bendera (perang) untuk kami, niscaya akan datang orang-orang yang membelamu. (Maka) Abu Dzar berkata: Pelan-pelan (bersabarlah) wahai Ahlul Islam, sesungguhnya aku mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
Akan ada sepeninggalku seorang sulthan (pemimpin), muliakanlah dia, maka barangsiapa mencari-cari kehinaannya, berarti dia telah melubangi Islam dengan satu celah dan tidak akan diterima taubatnya sampai dia mampu mengembalikannya seperti semula.
(Hadits Shahih riwayat Ahmad, Ibnu Abi Ashim dan dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Ad-Dhilal)
7. Dari Abi Bakrah berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
Sulthan adalah naungan Allah dimuka bumi, barangsiapa menghinanya, maka Allah akan menghinakan dia (orang yang menghina sulthan), dan barangsiapa memuliakannya, niscaya Allah akan memuliakan dia.
(Hadits shahih riwayat Ibnu AbiAshim, Ahmad, At-Thoyalisi, Tirmidzi dan Ibnu Hibban. Dihasankan Syaikh Al-Albani dalam Ad-Dhilal no. 1017 dan 1023, dan dalam As-Shahihah 2297)
8. Dari Ziyad bin Kusaib Al-Adawi beliau berkata:
Dulu aku pernah bersama Abi Bakrah berada dibawah mimbar Ibnu Amir dan beliau sedang berkhutbah sambil mengenakan pakaian tipis. Kemudian Abu Bilal berkata: Lihatlah oleh kalian pada pemimpin kita, dia mengenakan baju orang-orang fasiq. Lantas Abi Bakrah pun langsung angkat bicara: Diam kamu! Saya mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
Barangsiapa yang menghinakan penguasa Allah di muka bumi niscaya Allah menghinakannya.
Barangsiapa yang menghinakan penguasa Allah di muka bumi niscaya Allah menghinakannya.
(Tirmidzi dalam sunannya (2225))
9. Didalam At-Tarikh AL-Kabir (7/18) oleh Al-Bukhari dari Aun As-Sahmy beliau berkata:
Janganlah kalian mencela Al-Hajjaj (Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi) karena dia adalah pemimpin kalian dan dia bukan pemimpinku. Adapun ucapan beliau: dia bukan pemimpinku, karena Abu Umamah tinggal di Syam sedangkan Al-Hajjaj pemimpin Iraq.
10. Dikitab yang sama (8/104) Imam Bukhari meriwayatkan dari Abi Jamrah Ad-DhobiI, beliau berkata:
Tatkala sampai kepadaku (khabar) pembakaran rumah, lalu aku keluar menuju Makkah dan berkali-kali aku mendatangi Ibnu Abbas sampai beliau mengenaliku dan senang kepadaku. Lalu aku mencela Al-Hajjaj di depan Ibnu Abbas sampai beliau berkata: Janganlah kamu menjadi penolong bagi syaithan.
11. Hannad mengeluarkan (riwayat) dalam Az-Zuhd (II/464):
Abdah menceritakan kepada kami dari Az-Zibriqan, berkata, Aku pernah berada disisi Abu Wail Syaqiq bin Salamah lalu aku mulai mencela Al-Hajjaj dan au sebutkan kejelekan-kejelekannya. Lantas beliau berkata, Janganlah engkau mencercanya, siapa tahu barangkali dia berdoa, Ya Allah, ampunilah aku, kemudian Allah mengampuninya.
12. Dari Ibnu Abi Dunya mengeluarkan dalam kitab Ash-Shamtu wa Adabu Lisan hal 145 dan juga Abu Nuaim dalam Al-Hilyah (5/41-42) dari Zaid bin Qudamah beliau berkata: Saya berkata kepada Manshur bin Al-Mutamar:
Jika aku puasa apakah aku boleh mencela sulthan (penguasa/pemimpin)?
Beliau berkata: Tidak boleh.
Lalu aku terus bertanya apakah aku boleh mencela Ahli Ahwa (para pengekor hawa nafsu/Ahlul Bidah)?
Beliau menjawab: YA! (boleh).
Beliau berkata: Tidak boleh.
Lalu aku terus bertanya apakah aku boleh mencela Ahli Ahwa (para pengekor hawa nafsu/Ahlul Bidah)?
Beliau menjawab: YA! (boleh).
13. Ibnu Abdil Barr telah mengeluarkan dalam At-Tamhiid (XXI/287) dengan sanadnya dari Abu Darda ra. bahwa ia berkata,
Sesungguhnya awal terjadinya kemunafikan pada diri seseorang adalah cacimakiannya terhadap pimpinan/pemerintahnya.
14. Ibnu Ab Syaibah rahimahullahu taala berkata dalam Al-Mushannaf XV/75 & II/137-138:
Ibnu Uyainah menceritakan kepada kami dari Ibrahim bin Maisarah dari Thawus, berkata,
Pernah disebutkan (nama-nama) para pemimpin negara dihadapan Ibnu Abbas, lalu seseorang sangat bersemangat mencacimaki kehormatan mereka.
Pernah disebutkan (nama-nama) para pemimpin negara dihadapan Ibnu Abbas, lalu seseorang sangat bersemangat mencacimaki kehormatan mereka.
Lalu dia lakukan demikian sambil meninggi-ninggikan (badannya), sampai-sampai dirumah itu aku tidak melihat orang yang lebih tinggi daripadanya. Kemudian aku mendengar Ibnu Abbas ra. berkata, Janganlah engkau jadikan dirimu sebagai fitnah (pemicu kekacauan) bagi orang-orang yang zhalim.
Maka serta merta orang tersebut merendahkan tubuhnya sampai-sampai dirumah tersebut aku tidak melihat orang yang lebih rendah / merendahkan tubuhnya daripadanya.
Maka serta merta orang tersebut merendahkan tubuhnya sampai-sampai dirumah tersebut aku tidak melihat orang yang lebih rendah / merendahkan tubuhnya daripadanya.
D. Tidak Boleh Memberontak Selama Penguasanya Tidak Kafir atau Masih Menegakkan Shalat
15. Dari Ummu Salamah r.a. berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
Akan ada sepeninggalku nanti pemimpin (yang) kalian mengenalnya dan mengingkari (kejelekannya), maka barangsiapa mengingkarinya (berarti) dia telah berlepas diri, dan barangsiapa membencinya (berarti) dia telah selamat, akan tetapi barangsiapa yang meridhoinya (akan) mengikutinya. Mereka para sahabat bertanya: Apakah tidak kita perangi (saja) dengan pedang? Beliau menjawab: Jangan, selama mereka masih menegakkan shalat ditengah-tengah kalian.
(HR. Muslim 6/23)
16. Dari Said Al-Khudri beliau berkata: Bersabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam:
Akan ada nanti para penguasa yang kulit-kulit kalian menjadi lembut terhadap mereka dan hati-hati pun menjadi tenang kepada mereka. Kemudian akan ada para penguasa yang hati-hati (manusia) akan menjadi benci kepada mereka dan kulit-kulit pun akan merinding ketakutan terhadap mereka. Kemudian ada seorang lelaki bertanya: Wahai Rasulullah, tidakah kita perangi saja mereka? Beliau bersabda: Jangan, selama mereka masih menegakkan shalat ditengah-tengah kalian.
(As-Sunna Ibnu Abi Ashim hal. 498)
17. Dari Ubadah bin As-Shamit beliau menceritakan:
Kami membaiat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam untuk mendengar dan taat (kepada pemerintah muslimin) dalam keadaan kami senang atau benci kepadanya, dalam keadaan kesulitan atau kemudahan, dan dalam keadaan kami dirugikan olehnya, dan tidak boleh kita memberontak kepada pemerintah. Kemudian beliau Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: Kecuali kalau kalian melihat kekafiran yang nyata dan kalian mempunyai bukti dari Allah pada perbuatan pemerintah tersebut.
(HR. Bukhari dan Muslim)
E. Tercelanya melakukan tanzhim rahsia (Gerakan bawah tanah)
18. Dari Ibnu Umar ra. berkata:
Seseorang datang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam lalu bertanya:
Wahai Rasulullah, berwasiatlah kepada kami. Maka Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: Dengarlah, taatlah, wajib bagi kalian dengan (sikap) terang-terangan (terbuka), dan hati-hatilah kalian dari (rencana) rahasia.
Wahai Rasulullah, berwasiatlah kepada kami. Maka Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: Dengarlah, taatlah, wajib bagi kalian dengan (sikap) terang-terangan (terbuka), dan hati-hatilah kalian dari (rencana) rahasia.
(Hadits shahih riwayat Ibnu Abi Ashim dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ad-Dhilal)
F. Perintah untuk bersabar menghadapi pemimpin yang zhalim
19. Dari Anas berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
Sepeninggalku nanti kalian akan menemui atsarah (pemerintah yang tidak menunaikan haq rakyatnya-ed) maka bersabarlah sampai kalian menemuiku.
(HR. Bukhari dan Muslim)
20. Dari Anas bin Malik berkata:
Para pembesar kami dari kalangan sahabat Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam melarang kami. Mereka berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
Janganlah kalian mencela pemimpin-pemimpin kalian, janganlah kalian dengki kepada mereka dan janganlah kalian membenci mereka, (akan tetapi) bertaqwalah kepada Allah dan bersabarlah, sesungguhnya perkaranya (adalah) dekat.
Janganlah kalian mencela pemimpin-pemimpin kalian, janganlah kalian dengki kepada mereka dan janganlah kalian membenci mereka, (akan tetapi) bertaqwalah kepada Allah dan bersabarlah, sesungguhnya perkaranya (adalah) dekat.
(Hadits shahih riwayat Ibnu Abi Ashim dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ad-Dhilal, hal 474 no. 1015)
21. Dari Abdullah bin Abbas ra. bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
Barangsiapa melihat sesuatu yang ia benci ada pada pemimpinnya maka hendaklah ia bersabar, karena barangsiapa melepaskan diri dari Al-Jamaah meskipun sejengkal maka ia mati dalam keadaan jahiliyyah.
(HR. Bukhari dan Muslim)
22. Dalam riwayat Muslim:
Barangsiapa membenci sesuatu dari pemimpinnya (pemerintah) maka hendaklah ia bersabar. Karena tida ada seorang manusiapun yang keluar dari (kekuasaan) penguasa meskipun sejengkal lalu dia mati dalam keadaan demikian, melainkan matinya tak lain dalam keadaan mati jahiliyyah.
G. Buah Dari Mengikuti Sunnah
23. Dari Abul Yaman Al-Hauzani dari Abu Darda ra. beliau berkata:
Hati-hati kalian, jangan kalian melaknat para penguasa. Sebab, sesungguhnya melaknat mereka adalah kemelut dan kebencian terhadap mereka adalah kemandulan yang tidak mendatangkan buah apa-apa.
Ada yang menyatakan, Ya Abu Darda, lantas bagaimana kami berbuat jika kami melihat apa yang tidak kami sukai ada pada mereka?
Beliau menjawab, Bersabarlah! Sesungguhnya Allah bila melihat perkara itu ada pada mereka maka Dia akan mencegahnya dari kalian dengan kematiannya.
Ada yang menyatakan, Ya Abu Darda, lantas bagaimana kami berbuat jika kami melihat apa yang tidak kami sukai ada pada mereka?
Beliau menjawab, Bersabarlah! Sesungguhnya Allah bila melihat perkara itu ada pada mereka maka Dia akan mencegahnya dari kalian dengan kematiannya.
(HR. Ibnu Abi Ashim dalam As-Sunnah (II/488)
H. Cara Menasehati Penguasa
1. Dari Iyadh bin Ghanim berkata: Bersabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam:
Barangsiapa berkeinginan menasehati sulthan (penguasa), maka janganlah melakukannya dengan terang-terangan (di depan umum) dan hendaknya dia mengambil tangannya (dengan empat mata dan tersembunyi). Jika dia mau mendengar (nasehat tersebut) itulah yang dimaksud, dan jika tidak (mau mendengar), maka dia telah menunaikan kewajiban atasnya.
(Hadits Shahih riwayat Ahmad, Ibnu Abi Ashim, Al-Hakim, Al-Baihaqi dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ad-Dhilal hal. 507 no. 1096)
2. Dari Ubaidillah bin Al-Khiyar berkata:
Aku pernah mendatangi Usamah bin Zaid, kemudian saya katakan kepadanya: Tidakkah kau nasehati Utsman bin Affan agar menegakkan had (hukuman) atas Al-Walid?
Usamah berkata: Apakah kau kira aku tidak mau menasehatinya kecuali dihadapanmu?! Demi Allah, aku telah menasehatinya antara aku dan dia saja. Aku tidak mau membuka pintu kejelekan kemudian aku menjadi orang pertama yang membukanya.
Usamah berkata: Apakah kau kira aku tidak mau menasehatinya kecuali dihadapanmu?! Demi Allah, aku telah menasehatinya antara aku dan dia saja. Aku tidak mau membuka pintu kejelekan kemudian aku menjadi orang pertama yang membukanya.
(Atsar shahih riwayat Bukhari dan Muslim)
Catatan 11 Agustus 2104
Catatan 11 Agustus 2104
Tidak ada komentar:
Posting Komentar