Sabtu, 18 Juli 2020

Kekufuran tanpa sadar

Kekufuran tanpa sadar

Ketika tuhanmu berkata aku begini, aku begitu
Maka engkau berkata tuhan jangan begini dan jangan begitu

Seakan engkau berkata, masa tuhan kok begini, masa tuhan kok begitu

Seribu alasan kau kemukakan untuk menolak sifat sifat Allâh yang Allah sendiri sifati

Padahal engkau mengaku sebagai hamba Allah, kerap memuji Allâh, tapi entah kenapa enggan beriman pada sifat yang Allâh Firmankan lewat al Qur'an.

Sebenarnya engkau ini memuji atau mencela tuhanmu?

Jika memuji, harusnya dia akui sifat sifat mulia dari tuhan, ini baru pengakuan, karena pengakuan lalu lahirlah pujian, maha suci Allâh akan kesempurnaan sifat sifatnya, lalu timbullah pujian.

Hal ini Sesuai firman Allah

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ (180) وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ (181) وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (182) الصافات

Jadi sebelum melahirkan pujian alhamdulillah yang tulus pada Allâh, dia akui sifat sifat Allâh.

Lalu bagaimana jika tak mau akui sifat sifat Allâh? Merubah makna asli tidak sesuai dengan sifat asli, Maka hakikatnya ia MENCELA. Ini adalah kekufuran tanda sadar.

Ketauhilah Allah itu mempunyai sifat wajah, tangan, istiwa dll maka harus diimani, tanpa tahrif, ta'thil, takyif dan tamsil (merubah makna, menolak, mempertanyakan bagaimana, menyerupakan)

Ayat ليس كمثله شيء tidak ada yang serupa dengan Allâh, وهو السميع البصير، Allah maha mendengar dan maha melihat, ini adalah dalil
1 Allah tidak sama, tidak serupa dengan makhluk
2 Allah tetapkan sendiri sifat seperti yang dimiliki makhluk (mendengar melihat)

Artinya sifat Allâh mendengar melihat itu maha sempurna yang tidak sama dengan makhluk

Demikian juga sifat tangan, wajah, istiwa itu maha sempurna yang tidak sama dengan makhluk.

Yang salah, jika mengatakan tangan allah seperti tangan makhluk, istiwa Allah sama seperti istiwa makhluk, ini baru mujassimah.

Jika mengimani dan menetapkan sifat Allâh tanpa menyerupakan, ini adalah keyakinan para salafussholeh.

Jika enggan beriman, menolak, merubah ini adalah keyakinan Jahmiyah yang dahulu para ulama sesatkan.

Kita mengimani sifat sifat Allâh tanpa menyamakan dengan makhluk, jika me takwil Maka Hakikatnya ia menyerupakan dengan makhluk lalu menolak.


*****

Ketika sang Rosul berkata ikutilah sunnahku, engkau berkata kami ikuti ulama pendahulu kami.

Lalu ketika terjadi penyimpangan, ketika diseru kembali pada ajaran Rosul, kau berkata kamu ini pemecah belah umat, sesat, menghina wali wali terdahulu

Duhai, apakah ajaran Rosul atau ajaran wali yang Engkau dahulukan?

Dalam riwayat Ahmad (1/337), Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata,
يُوْشِكُ أَنْ تَنْزِلَ عَلَيكُْم ْحِجَارَةٌ مِنَ السَّمَاءِ, أَقُوْلُ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ وَتَقُوْلُوْنَ: قَالَ أَبُوْ بَكْرٍ وَعُمَر
“Hampir saja kalian akan dihujani batu dari langit. Aku katakan: Rasulullah bersabda demikian lantas kalian membantahnya: Tapi Abu Bakar dan Umar berkata demikian?!”

فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS. An-Nur: 63)


Ahad 19 juli 20