Kamis, 03 September 2020

Syair antara boleh dan tidak

 Bismillah wassholatu wassalamu ala rosulillah. 


Sebuah Syair yang dinisbahkan ke abu nawas, yang termaktub dalam syair bajuri lalu dinukil asy-sya'roni, tanpa sanad yang jelas. Keduanya juga tidak dikenal sebagai ulama mujtahid, sehingga qoul mereka bukan hujjah sama sekali. 


Penggalan Syair itu berisi 


إِلهِي لَسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلاً # وَلاَ أَقْوَى عَلىَ النَّارِ الجَحِيْمِ


Wahai Tuhanku ! Aku bukanlah ahli surga, tapi aku tidak kuat dalam neraka jahim. 


Jika dilihat bait syair diatas berisi doa permintaan kepada Allah, sedangkan doa adalah ibadah, 


الدعاء هو العبادة

Doa itu adalah ibadah. 


Hadits lain mengatakan 

الدعاء مخ العبادة 

Doa Itu sumsumnya (inti) ibadah. 


maka sepatutnya ibadah itu mengikuti syariat rosulullah shollallohu'alaihiwasallam. 


Allah ta'ala berfirman 


قل انكنتم تحبون الله فاتبعوني يجيبكم الله ويغفرلكم ذبوبكم

Katakanlah wahai nabi, jika kamu mencintai Allah maka ikutilah aku, maka kamu akan dicintai Allah dan akan diampuni dosa dosamu. 


Di sisi lain, nabi shollallohu'alaihiwasallam memerintahkan bila berdoa kepada Allah berdoalah dengan surga firdaus. Lafaz اسألوا menunjukkan perintah itu. 


Maksudnya atas perintah Allah ta'ala sendiri agar minta surga firdaus, karena ia surga yang paling tinggi, paling dekat dengan arsy Allah. 


Hukum asal perintah adalah wajib, dan perintah itu mengatakan berdoalah minta firdaus. 


Nabi shollallohu'alaihiwasallam berkata

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( إِنَّ فِي الْجَنَّةِ مِائَةَ دَرَجَةٍ أَعَدَّهَا اللَّهُ لِلْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ مَا بَيْنَ الدَّرَجَتَيْنِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ، فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَاسْأَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الْجَنَّةِ وَأَعْلَى الْجَنَّةِ أُرَاهُ فَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ ، وَمِنْهُ تَفَجَّرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ ) روى البخاري (2790)


Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Di surga itu terdapat seratus tingkatan, Allah menyediakannya untuk para mujahid di jalan Allah, jarak antara keduanya seperti antara langit dan bumi. Karena itu, jika kalian meminta kepada Allah, mintalah Firdaus, karena sungguh dia adalah surga yang paling tengah dan paling tinggi. Di atasnya ada Arsy Sang Maha Pengasih, dan darinya sumber sungai-sungai surga.” (HR. Bukhari 2790 & Ibnu Hibban 4611)


Maka jika ada seruan (walaupun dalam bentuk syair) agar tidak meminta firdaus, hakikatnya menentang perintah Allah dan Rasul-Nya. 


Bagaimana jika orang tua yang meminta, maka kembali ke kaedah perintah, dimana nabi shollallohu'alaihiwasallam bersabda 


إنما الطاعة في المعروف لا طاعة لمخلوق في معصية الخالق (الحديث الصحيح) 

Sesungguhnya ketaatan itu pada hal yang maruf, maka tidak ada ketaatan dalam bermaksiat pada sang kholiq. 


Andai syair diatas itu baik, tentu nabi juga pada sahabat telah lebih dahulu mempraktikan isi bait syair tersebut. 


Jika dikatakan, toh ini hanya perkara bait syair, berisi makna puitis. Maka kita katakan, hukum syair itu boleh asalkan tetap berisi perkara yang tidak bertentangan dengan nash dalil. 


Padahal dalam hal ini, jelas mengingkari perintah Agar minta surga firdaus, dengan ungkapan penolakan agar enggan dimasukkan firdaus. Maka jelas ini menyelisihi syariat.


Bahkan kenyataan di tengah manusia timbul keyakinan jika membaca syair ini 5x maka akan mati secara mukmin. 


Jika abu nawas diidentikkan dengan kecerdasan, lalu fanatik mengikutinya sedang nabi dan para sahabat tidak melakukannya, maka seakan mengatakan abu nawas lebih pintar dari nabi dan sahabat. 


Konsekwensinya, Allah  salah memuji karena Allah memerintahkan agar dalam beragama mengikuti pemahaman nabi dan para sahabat. 


Na'udzu billah min dzalik 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar