Rabu, 02 September 2020

Lebih alim siapa, ulama ahlul Hadits murid tabi'in atau abul hasan Asy'ari atau ulama Asya’iroh ?

 Lebih alim siapa, ulama ahlul Hadits murid tabi'in atau abul hasan Asy'ari atau ulama Asya’iroh ?


Jika kau mengatakan ulama Asy'ariyah lebih alim masalah agama, maka ketahuilah engkau sama saja mengatakan Allâh dan rosul Nya telah dusta, sebab Allâh dan rosul Nya telah menetapkan para sahabat yang hidup sezaman adalah seutama generasi dan orang paling bersih hatinya di kalangan manusia.


Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:


وَالسّٰبِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهٰجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسٰنٍ رَّضِىَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِى تَحْتَهَا الْأَنْهٰرُ خٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا  ۚ ذٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

"Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung."

(QS. At-Taubah 9: Ayat 100)


Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:


قُلْ هٰذِهِۦ سَبِيلِىٓ أَدْعُوٓا إِلَى اللَّهِ  ۚ عَلٰى بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ اتَّبَعَنِى  ۖ وَسُبْحٰنَ اللَّهِ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

"Katakanlah (Muhammad), Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan yakin, Maha Suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik."

(QS. Yusuf 12: Ayat 108) 


Rasulullah Shollallahu `alaihi wa Sallam bersabda :


((خير الناس قرنى ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم ثم يجىء أقوام تسبق شهادة أحدهم يمينه ويمينه شهادته))


Artinya : “Sebaik baik manusia ialah orang yang sezaman dengan saya (para shahabat) kemudian generasi yang mengikuti mereka (para Taabi`iin) kemudian generasi yang mengikuti mereka dengan baik (Atbaa`ut Taabi`iin), kemudian datang satu kaum dimana persaksian mereka mendahului sumpahnya dan sumpah mereka mendahului persaksiannya.” Hadits ini diriwayatkan oleh Al Imam Ahmad dalam Musnadnya, Al Bukhariy dan Muslim


Dari Muawiyah bin Abu Sufyan berdiri di tengah-tengah kami dan berkata: “Ketahuilah sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri di tengah-tengah kami dan beliau bersabda:


أَلاَ إِنَّ مَنْ قَبْلَكُمْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ افْتَرَقُوا عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَإِنَّ هَذِهِ الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ ثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَهِيَ الْجَمَاعَةُ


Ketahuilah sesungguhnya orang-orang sebelum kalian, yaitu ahli kitab, telah terpecah menjadi 72 millah ( ajaran ). Dan sesungguhnya (umat) millah ini (Islam) akan terpecah menjadi 73, 72 di dalam neraka dan satu di dalam surga. Dia itu adalah Jama’ah. [Hadits shahih riwayat Abu Dawud dan lainnya]


lafadz lain yang datang dalam hadits ini dari riwayat Al-Hakim dan lainnya, yaitu sabda beliau dalam menyifati al-firqatun najiyah: مَا أَنَا عَلَيْهِ الْيَوْمَ وَ أَصْحَابِي Apa-apa yang pada hari ini aku dan sahabat-sahabatku berada di atasnya.


Berkata sahabat Abdullah bin Mas’ûd Radhiyallahu anhu berkata: “Barang siapa di antara kalian ingin mengikuti sunnah, maka ikutilah sunnah orang-orang yang sudah wafat. Karena orang yang masih hidup, tidak ada jaminan selamat dari fitnah (kesesatan). Mereka ialah sahabat-sahabat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka merupakan generasi terbaik umat ini, generasi yang paling baik hatinya, yang paling dalam ilmunya, yang tidak banyak mengada-ada, kaum yang telah dipilih Allah menjadi sahabat Nabi-Nya dalam menegakkan agama-Nya. Kenalilah keutamaan mereka, ikutilah jejak mereka, berpegang teguhlah dengan akhlak dan agama mereka semampu kalian, karena mereka merupakan generasi yang berada di atas Shirâthal- Mustaqîm.”[Ibnu ‘Abdil-Bar dalam Jâmi’ al-Bayân (II/97)] 


Jika kau mengatakan para sahabat lebih utama, lalu kenapa engkau masih memegang pemahaman Asy'ariyah yang menyelisihi pemahaman sahabat dalam perkara prinsip aqidah dan tauhid tentang sifat sifat Allâh, dimana Asya’iroh :


- menetapkan sebagian saja dan menolak sebagian sifat sifat Allâh, padahal siapa yang ingkar pada ayat Allâh bisa kufur


- mentakwil sebagian sifat Allâh, dengan mengganti makna sifat, yang berarti membuang, merubah sifat asal yang ditetapkan Allâh sendiri.


- sebagian pengikut Asya’iroh mengolok olok sebagian sifat Allâh dengan mengolok olok, juga mengolok olok manusia pengikut pemahaman sahabat yang menetapkan semua sifat tanpa tahrif ta'thil takyif tamsil. Mereka terjangkit Jahmiyah yang dikafirkan ulama dahulu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar