Kamis, 15 Agustus 2019

Hal hal terkait sholat dalam keadaan darurat dan terbatas

Hal hal terkait sholat dalam keadaan darurat dan terbatas

Dukungan untuk saudara saudara kita yang berada di tugas yang berat, dalam perjalanan dalam menjaga sholat wajib dalam suasana terbatas.

Gembira hati ini ketika melihat gambar saudara kita, kaum muslimin dari aparat, petugas lapangan yang sedang menjalankan ibadah sholat di tengah kesibukan mereka. 

Kami bawakan risalah singkat, sebagai sedikit  tambahan pengetahuan menjalankan ibadah ditengah kepadatan tugas lapangan. Waffaqokumullah wa Barakallah fiikum

1. Wudhu dengan air yang terbatas

Di dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari disebutkan :
ﻛَﺎﻥَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍَﻟﻠَّﻪِ ﻳَﺘَﻮَﺿَّﺄُ ﺑِﺎﻟْﻤُﺪِّ ﻭَﻳَﻐْﺘَﺴِﻞُ ﺑِﺎﻟﺼَّﺎﻉِ ﺇِﻟَﻰ ﺧَﻤْﺴَﺔِ ﺃَﻣْﺪَﺍﺩٍ ﻣُﺖَّﻓَﻖٌ ﻋَﻠَﻴْﻪ
Dari Anas rodhiallahu anhu dia berkata bahwa Rasulullah sholallahu alaihi wasalam  berwudlu dengan satu mud air dan mandi dengan satu sha’ hingga lima mud air. (HR. Bukhari Muslim) Tahukah Anda, satu mud berapa liter? Ternyata jumlahnya tidak sampai 1 liter, cuma 0,68 liter atau 0,688 ml, jika air minum kemasan gelas ukuran 500ml, maka seukuran gelas ditambah sedikit, kira kira begitulah gambarannya.

Anda bisa menyiapkannya dari rumah dikemas dengan botol air mineral, botol air spreiyer, atau lainnya. Cara ini cocok juga digunakan jamaah haji atau umroh, yang kesulitan wudhu jika di pesawat.
Rasulullah sholallahu alaihi wasalam bukan saja sekedar hemat air ketika berwudhu'. Namun beliau bahkan juga menegur shahabat yang boros air ketika berwudhu'.

Perhatikan hadits berikut ini :
ﺃَﻥَّ ﺭَﺳُﻮﻝ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻣَﺮَّ ﺑِﺴَﻌْﺪٍ ﻭَﻫُﻮَ ﻳَﺘَﻮَﺿَّﺄُ ﻓَﻘَﺎﻝ : " ﻣَﺎ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟﺴَّﺮَﻑُ " ؟ ﻓَﻘَﺎﻝ : ﺃَﻓِﻲ ﺍﻟْﻮُﺿُﻮﺀِ ﺇِﺳْﺮَﺍﻑٌ ؟ ﻓَﻘَﺎﻝ : " ﻧَﻌَﻢْ ﻭَﺇِﻥْ ﻛُﻨْﺖَ ﻋَﻠَﻰ ﻧَﻬْﺮٍ ﺟَﺎﺭٍ
Rasulullah sholallahu alaihi wasalam berjalan melewati Sa'd yang sedang berwudhu' dan menegurnya,"Kenapa kamu boros memakai air?". Sa'ad balik bertanya,"Apakah untuk wudhu' pun tidak boleh boros?". Beliau sholallahu alaihi wasalam menjawab,"Ya, tidak boleh boros meski pun kamu berwudhu di sungai yang mengalir. (HR. Ibnu Majah)

Jika memang tak ada, Di dalam Al-Quran Al-Kariem Allah Ta'ala menegaskan bahwa tayammum itu hanya boleh dikerjakan bila seseorang tidak menemukan air.
ﻭَﺇِﻥْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﻣَﺮْﺿَﻰ ﺃَﻭْ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻔَﺮٍ ﺃَﻭْ ﺟَﺎﺀَ ﺃَﺣَﺪٌ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻐَﺎﺋِﻂِ ﺃَﻭْ ﻻﻣَﺴْﺘُﻢُ ﺍﻟﻨِّﺴَﺎﺀَ ﻓَﻠَﻢْ ﺗَﺠِﺪُﻭﺍ ﻣَﺎﺀً ﻓَﺘَﻴَﻤَّﻤُﻮﺍ ﺻَﻌِﻴﺪًﺍ ﻃَﻴِّﺒًﺎ ﻓَﺎﻣْﺴَﺤُﻮﺍ ﺑِﻮُﺟُﻮﻫِﻜُﻢْ ﻭَﺃَﻳْﺪِﻳﻜُﻢْ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻛَﺎﻥَ ﻋَﻔُﻮًّﺍ ﻏَﻔُﻮﺭًﺍ
Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik, sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Pengampun. (QS. An-Nisa' : 43)

Untuk lebih jelasnya, silahkan lihat
http:///www.youtube.com/watch?v=Z4y6nQtKbQM

2. Sholat menggunakan sepatu

Sholat dengan memakai alas kaki dibolehkan dalam islam, Hadis dari Abdullah
bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhu, beliau menyatakan:
ﺭَﺃَﻳْﺖُ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻳُﺼَﻠِّﻲ ﺣَﺎﻓِﻴًﺎ ﻭَﻣُﻨْﺘَﻌِﻠًﺎ
Saya melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terkadang shalat dengan tidak beralas kaki dan kadang shalat dengan memakai sandal. (HR. Abu daud 653, Ibnu Majah 1038, dan dinilai Hasan Shahih oleh Al-Albani).

Dari Al-Mughirah bin Syu’bah -radhialahu anhu- dia berkata:
كُنْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ فِي مَسِيرٍ فَقَالَ لِي أَمَعَكَ مَاءٌ قُلْتُ نَعَمْ فَنَزَلَ عَنْ رَاحِلَتِهِ فَمَشَى حَتَّى تَوَارَى فِي سَوَادِ اللَّيْلِ ثُمَّ جَاءَ فَأَفْرَغْتُ عَلَيْهِ مِنْ الْإِدَاوَةِ فَغَسَلَ وَجْهَهُ وَعَلَيْهِ جُبَّةٌ مِنْ صُوفٍ فَلَمْ يَسْتَطِعْ أَنْ يُخْرِجَ ذِرَاعَيْهِ مِنْهَا حَتَّى أَخْرَجَهُمَا مِنْ أَسْفَلِ الْجُبَّةِ فَغَسَلَ ذِرَاعَيْهِ وَمَسَحَ بِرَأْسِهِ ثُمَّ أَهْوَيْتُ لِأَنْزِعَ خُفَّيْهِ فَقَالَ دَعْهُمَا فَإِنِّي أَدْخَلْتُهُمَا طَاهِرَتَيْنِ وَمَسَحَ عَلَيْهِمَا
“Saya pernah bersama Nabi -shallallahu ‘alaihi wasallam- pada suatu malam dalam perjalanan, maka beliau bersabda kepadaku, “Apakah kamu memiliki air?” Aku menjawab, “Ya.” Lalu beliau turun dari kendaraannya, lalu berjalan hingga tersembunyi dalam gelapnya malam (untuk buang air besar). Kemudian beliau datang kembali, lalu aku menuangkan air dari geriba untuknya, beliau pun mencuci mukanya. Karena memakai jubah wol yang kedua lengannya sempit, maka beliau pun merasa kesusahan untuk mengelurkan kedua tangannya, beliau lalu mengeluarkannya lewat bawah jubahnya. Lalu beliau mencuci kedua lengannya dan mengusap kepalanya. Kemudian aku jongkok untuk melepas kedua khufnya, maka beliau bersabda, “Biarkanlah keduanya, karena aku memasukkan kedua kakiku padanya dalam keadaan suci.” Maka beliaupun hanya mengusap bagian atas dari kedua khufnya.” (HR. Al-Bukhari no. 206 dan Muslim no. 274)

Dari Shafwan bin ‘Assal -radhiallahu anhu- dia berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُنَا إِذَا كُنَّا سَفَرًا أَنْ لَا نَنْزِعَ خِفَافَنَا ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ وَلَيَالِيهِنَّ إِلَّا مِنْ جَنَابَةٍ وَلَكِنْ مِنْ غَائِطٍ وَبَوْلٍ وَنَوْمٍ
“Jika kami sedang bepergian, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan agar kami tidak membuka sepatu-sepatu kami selama tiga hari tiga malam kecuali ketika kami junub. Dan tetap boleh untuk mengusap sepatu karena buang air besar, buang air kecil, dan tidur.” (HR. At-Tirmizi no. 96, An-nasai no. 127, Ibnu majah no. 471 dan dinyatakan hasan oleh Al-Albani dalam Al-Irwa` no. 104)

Dari Ali bin Abi Thalib -radhiallahu anhu- dia berkata:
جَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ وَلَيَالِيَهُنَّ لِلْمُسَافِرِ وَيَوْمًا وَلَيْلَةً لِلْمُقِيمِ
“Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- telah menjadikan waktu tiga hari tiga malam bagi musafir (untuk mengusap khuf) dan sehari semalam bagi orang yang menetap (muqim).” (HR. Muslim no. 276)

Syekh Fauzan hafizahullah ditanya, 'Apakah boleh shalat dengan sepatu militer, Semoga Allah memuliakan anda? Bagaimana caranya berwudu jika memakainya? Apakah ada waktu tertentu? Beliau menjawab, 'Dibolehkan shalat
sambil memakai sepatu militer, jika suci dan tidak ada najis padanya. Dibolehkan pula mengusapnya saat berwudu jika dia menutup telapak kaki dengan sempurna, menutup kedua mata kaki hingga ke bawah serta tidak mudah copot dari kaki, dipakai dalam keadaan suci, yaitu sudah berwudu. Cara mengusapnya adalah dengan meletakkan jari-jari tangan yang basah dengan air ke ujung jari-jemari
kakinya, kemudian diusapnya hingga pangkal betis. Masa berlaku dibolehkannya mengusap adalah sehari semalam bagi orang yang menetap, dan tiga hari tiga malam bagi orang yang safar (bepergian). Hal ini merupakan perkara sunnah yang telah jelas dinyatakn dalam sunnah yang mutawatir (banyak
periwayatannya) dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Tidak ada yang menginkarinya kecuali pelaku bid'ah. Sedangkan awal diberlakukannya masa mengusap adalah saat dia pertama kali mengusap sepatu tersebut setelah dipakai, wallahua'lam" (Al-Muntaqa, 2/54)

3. Sholat memakai sutroh

Menghadap sutrah ketika shalat adalah hal yang disyariatkan. Banyak hadits yang mendasari hal ini diantaranya hadits Abu Sa’id Al Khudri bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
إذا صلَّى أحدُكم فلْيُصلِّ إلى سُترةٍ ولْيدنُ منها
“Jika seseorang mengerjakan shalat maka shalatlah dengan menghadap sutrah dan mendekatlah padanya” (HR. Abu Daud 698, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud).

juga hadits dari Sabrah bin Ma’bad Al Juhani radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
سُتْرَةُ الرَّجُلِ فِي الصَّلَاةِ السَّهْمُ ، وَإِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ ، فَلْيَسْتَتِرْ بِسَهْمٍ
“Sutrah seseorang ketika shalat adalah anak panah. Jika seseorang diantara kalian shalat, hendaknya menjadikan anak panah sebagai sutrah” (HR. Ahmad 15042, dalam Majma Az Zawaid Al Haitsami berkata: “semua perawi Ahmad dalam hadits ini adalah perawi Shahihain”).

Anda bisa menggunakan motor anda, atau dinding, botol air minuman 1 lt, tas ransel atau lainnnya

4. Sholat tanpa alas/sajadah, tidak mengapa

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terkadang
shalat di atas khumroh (tikar kecil), terkadang pula shalat di atas tanah, jugak adang shalat di atas hashir (tikard engan ukuran lebih besar). Beliau
shalat di tempat mana saja yang mudahb agi beliau. Beliau tidak bersusah-susahd iri dalam melaksanakan shalat. Kalaua da tikar di depan beliau, beliau tidakm emindahkannya lalu shalat di atast anah. Begitu pula ketika ada permadanil ainnya, beliau tidak memindahkannya dan shalat di atas tanah. Apa yang
beliau peroleh, beliau shalat di situ. Bahkan masjid nabi, pada zaman beliau masih beralaskan tanah dan beratap pelepah kurma.

Didalam Shahih Bukhari dijelaskan suatu hadits dari Abu Sa’id Al-Khudri: “Kami ber’itikaf bersama Rasulullah sholallahu alaihi wasalam . Kemudian Rasulullah sholallahu alaihi wasalam bersabda: “Barangsiapa yang ber’itikaf, kembalilah ke tempat ‘Itikafnya, sesungguhnya aku melihat Lailatul Qadarm alam nanti . Aku bermimpi seolah-olah aku
bersujud di atas air dan tanah.” Abu Sa’id Al-Khudri berkata: “Sungguh aku melihat pada pagi hari tanggal dua puluh satu Ramadhan terdapat bekas air dan tanah di hidung dan ujung hidung Rasulullah sholallahu alaihi wasalam !”. (Hadits Shahih didalam Shahih Bukhari bab ‘Itikaf No. 2040; dan Shahih Muslim bab Siyam No. 1167; Abu Dawud bab Siyam No 194; Ahmad Baqi Musnad Muktsirin No. 10650).
Hal ini menunjukkan nabi pernah sholat di tanah.

5. Tidak mengapa memakai pakaian sedikit kotor, tapi suci.

jika najis maka disucikan
Disini dibedakan antara kotor dan najis. Jika pakaian kotor maka tidak mengapa dipakai untuk sholat.

Dalil yang menunjukkan hal ini, Jabir radhiyallahu ‘anhu berkata
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ فِي غَزْوَةِ ذَاتِ الرِّقَاعِ فَرُمِيَ رَجُلٌ بِسَهْمٍ، فَنَزَفَهُ الدَّمُ، فَرَكَعَ، وَسَجَدَ وَمَضَى فِي صَلاَتِهِ
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melakukan peperangan Dzatur Riqa’. Dan ada seorang sahabat yang terkena panah (ketika shalat), dan darahnya keluar. Namun dia tetap lanjutkan rukuk dan sujudnya serta menyelesaikan shalatnya. (Shahih Bukhari secara muallaq, 1/46)

Ada pula Atsar Umar bin Khattab rodhiallahu anhu :
ﻭﻗﺪ ﺻﻠّﻰ ﻋﻤﺮ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﺑﻌﺪﻣﺎ ﻃُﻌﻦ ﻭﺟُﺮﺣﻪ ﻳﺜﻌﺐ ﺩﻣـﺎً
“ Bahwa Umar bin Khattab masih meneruskan sholat setelah ditikam, sedang darahnya masih mengalir deras “ ( HR Bukhari )

Ketika pakaian terkena kotoran, hal ini tidak menjadi alasan sholat ditinggalkan. Jika ada kotoran ditengah sholat pun, bisa memberaihkan dengan tisu atau sapu tangan bekas kotoran dan boleh disimpan di saku.

6. Menjama' sholat

Jika memang ada perkara yang memberatkan, maka dibolehkan hanyabsekali kali untuk menjama' sholat, yaitu dhuhur - ashar, atau maghrib - isya'. Sekali lagi, Hanya dilakukan kadang-kadang. Karena melaksanakannya secara sering akan bertentangan dengan hukum-hukum yang membatasi adanya waktu-waktu shalat.

Dari Abdullah bin Abbas radhiallahu anhuma dia berkata:
جَمَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ وَالْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ بِالْمَدِينَةِ فِي غَيْرِ خَوْفٍ وَلَا مَطَرٍ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menjamak antara zhuhur dan ashar, maghrib dan isya` di Madinah, bukan karena ada ketakutan dan bukan pula karena hujan.” (HR. Muslim no. 1151)

Lalu Waki’ bin Al-Jarrah bertanya kepada Ibnu Abbas mengenai sebabnya, maka beliau menjawab, “Beliau ingin supaya tidak memberatkan umatnya.”

Hadits di atas jelas menunjukkan bolehnya menjamak shalat walaupun tidak ada udzur.

Wallahu'alam

Semarang 8 Agustus 2014
Catatan kecil, Sayang kalau dihapus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar