Rabu, 25 November 2020

Dalil lemah Asy'ariyah dan tuduhan salah sasaran pada Salafiyah

 

Dalil lemah Asy'ariyah dan tuduhan salah sasaran pada Salafiyah

Asy'ariyah menggunakan qoul para ulama yang dikira mendukung pendapat mereka padahal qoul ada berbalik menyerang keyakinan mereka sendiri.

Ada juga qoul ulama tapi tidak bersanad, padahal selama ini ini mereka gembar gembor sanad sanad. Tapi dasar keyakinan malah tidak bersanad atau sanad lemah dan palsu.

Berikut contohnya :

قال الإمام المجتهد أبو حنيفة النعمان بن ثابت رضي الله عنه (150هـ) أحد مشاهير علماء السلف إمام المذهب الحنفي ما نصه (ذكره في الفقه الأكبر، انظر شرح الفقه الأكبر لملا علي القاري ص 136-137) :"والله تعالى يُرى في الآخرة، ويراهالمؤمنون وهم في الجنة بأعين رؤوسهم بلا تشبيه ولا كميّة، ولا يكون بينه وبين خلقهمسافة" اهـ.

وقال أيضًا في كتابه الوصية (ص4 ونقله ملا علي القاريّ في شرح الفقه الأكبر ص 138) :"ولقاء الله تعالى لأهل الجنة بلا كيف ولا تشبيه ولا جهةٍ حقٌّ" اهـ.

وقال أيضًا (الفقه الأبسط ضمن مجموعة رسائل أبي حنيفة بتحقيق الكوثري ص20. ونقل ذلكَ أيضًا المحدّث الفقيه الشيخ عبد الله الهرري المعروف بالحبشي في كتابه الدليل القويم ص 54) :"قلتُ: أرأيتَ لو قيل أين الله تعالى؟   فقال ـ أي أبو حنيفة ـ : يقال له كان الله تعالى ولا مكان قبل أن يخلق الخلق، وكان الله تعالى ولم يكن أين ولا خَلْق ولا شىء، وهو خالق كل شىء" اهـ.

وقال أيضًا (كتاب الوصية، ضمن مجموعة رسائل أبي حنيفة بتحقيق الكوثري ص2، ذكره الشيخ الهرري في كتابه الدليل ص54، وملا علي القاري في شرح الفقه الأكبر ص 70 عند شرح قول الإمام :"ولكن يده صفته بلا كيف".) :"ونقر بأن الله سبحانه وتعالى على العرش استوى من غير أن يكون له حاجة إليه واستقرار عليه، وهو حافظ العرش وغير العرش من غير احتياج، فلو كان محتاجًا لَمَا قدر على إيجاد العالم وتدبيره كالمخلوقين، ولو كان محتاجًا إلى الجلوس والقرار فقبل خلق العرش أين كان الله، تعالى الله عن ذلك علوًّا كبيرًا" اهـ.

Al Imamal Mujtahid Abu Hanifah an-Nu’man ibn Tsabit (w 150 H) , salah seorang ulama Salaf terkemuka perintis madzhab Hanafi , berkata : “Allah di akhirat kelak akan di lihat ,  orang orang mukmin akan melihatnya ketika mereka di surga dengan mata kepala mereka masing masing dengan tanpa adanya keserupaan baginya , bukan sebagai bentuk yang berukuran , dan tidak ada jarak antara mereka dengan Allah (artinya bahwa Allah ada tanpa tempat, tidak di dalam atau di luar surga , tidak di atas , bawah , belakang , depan , samping kanan ataupun samping kiri)”

Beliau juga berkata dalam kitabnya al-Washiyyah : “Penduduk surga kelak akan melihat Allah dengan tanpa adanya keserupaan dan tanpa adanya arah baginya dan ini adalah suatu yang haq”

Juga berkata : “Aku katakan : Tahukah engkau jika ada orang berkata : Di manakah Allah? Jawab : Dia Allah ada tanpa permulaan dan tanpa tempat , Dia ada sebelum segala makhluknya ada ,  Allah ada tanpa permulaan sebelum ada tempat , sebelum ada makhluk dan sebelum segala suatu apapun , dan Dia adalah Pencipta segala sesuatu”

Juga berkata : “Dan kita mengimani adanya ayat “ar Rahman ‘Ala al-Arsy Istawa” (sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an) dengan menyakini bahwa Allah tidak membutuhkan kepada arsy tersebut da tidak bertempat atau bersemayam di atasnya. Dia Allah yang memelihara arsy dan lainnya tanpa membutuhkan kepada itu semua. Karena jika Allah membutuhkan kepada sesuatu maka Allah tidak akan kuasa untuk menciptakan dan mengatur alam ini , dan berarti Dia seperti seluruh makhluknya sendiri , jika membutuhkan kepada duduk dan bertempat , lantas sebelum menciptakan makhluknya (termasuk arsy) di manakah Dia? Allah maha suci dari itu semua dengan kesucian yang agung”

Jawaban :

Saya sepakat qoul diatas dan tidak ada yang bertentangan dengan paham salafi yang saya yakini.

Allah bisa dilihat kelak, sepakat

Tanpa tempat, sepakat tidak butuh tempat, tapi Allah maha berkehendak apa saja yang diinginkan 

Tanpa arah, sanad tentang ini lemah, bertentangan dengan banyak banyak ayat Al Quran, bahwa Allah diatas, amalan akan naik ke atas menghadap Allah, Qur'an diturunkan ke bumi dari atas, nabi isro miroj ke atas menghadap Allah dll banyak

Allah bisa dilihat kelak, sepakat

Tanpa tempat, sepakat tidak butuh tempat, tapi Allah maha berkehendak apa saja yang diinginkan 

Tanpa arah, sanad tentang ini lemah, bertentangan dengan banyak banyak ayat Al Quran, bahwa Allah diatas, amalan akan naik ke atas menghadap Allah, Qur'an diturunkan ke bumi dari atas, nabi isro miroj ke atas menghadap Allah dll banyak

bahkan Asy'ariyah ada yang ga mau beriman Allah bisa dilihat ke arah atas kelak

Lha wong ga meyakini arah atas, kata nya tanpa arah.

Disini jelas kontradiktif,  membawakan qoul abu hanifah tanpa arah

Di qoul lain, abu hanifah meyakini Allah bisa dilihat ke arah atas seperti bulan purnama tanpa berdesakan.

Yang shahih, Allah sendiri yang firman, berada diatas, bahkan punya sifat al uluw, al aliyyu maha diatas segalanya, di asmaul husna juga ada, jika antum ingkari berarti antum kufur terhadap asma wassifat Allah

********

وقال الإمام جعفر الصادق* بن محمد الباقر بن زين العابدين علي بن الحسين رضوان الله عليهم (148هـ) ما نصه :"من زعم أن الله في شىء، أو من شىء، أو على شىء فقد أشرك. إذ لو كان على شىء لكان محمولاً، ولو كان في شىء لكان محصورًا، ولو كان من شىء لكان محدَثًا  ـ أي مخلوقًا ـ" اهـ.
* كان من سادات أهل البيت فقهًا وعلمًا وفضلاً. انظر الثقات لابن حبان 6/ص131.

Al Imam Ja’far as Shadiq ibn Muhammad al Baqir ibn ibn Zainal Abidin Ali ibn al-Husain (w 148 H) berkata : “Barangsiapa berkeyakinan bahwa Allah berada di dalam sesuatu, atau dari sesuatu , atau di atas sesuatu maka ia adalah seorang yang musyrik. Karena jika Allah berada di atas sesuatu maka berarti Dia diangkat , dan bila berada di dalam sesuatu berarti Dia terbatas , dan bila Dia dari sesuatu maka berarti Dia baharu (makhluk)”

Jawaban :

Sepakat Allah tidak berada dalam sesuatu atau dari sesuatu.

Bahkan sebagian Asy'ariyah sendiri meyakini paham wihdatul wujud, seperti Ibnu arobi, siti jenar, sebagian Asy'ariyah malah membela keyakinan kufur ini. Alasan mereka karena tidak meyakini hal dzahiriyah (makna hakiki), seperti halnya Asy'ariyah menolak sifat Allâh istiwa, tidak mau meyakini dzohir.

Tapi malah menyalahkan salafi.

وقال التابعي الجليل الإمام زين العابدين علي بن الحسين بن علي رضي الله عنهم (94هـ) ما نصه (إتحاف السادة المتقين 4/380) :"أنت الله الذي لا يَحويك مكان"اهـ.

وقال أيضًا (إتحاف السادة المتقين 4/380) :"أنت الله الذي لا تُحَدُّ فتكونَ محدودًا"اهـ.

Seorang tabi’in yang agung , al Imamas Sajjad Zainal ‘Abidin ; Ali ibn al Husain ibn Ali ibn Abi Thalib (w 94 H) berkata : “Engkau wahai Allah yang tidak diliputi oleh tempat”

Juga berkata: “Engkau wahai Allah yang maha suci dari segala bentuk dan ukuran”

قال مصباح التوحيد ومصباح التفريد الصحابي الجليل والخليفة الراشد سيدنا عليٌّ رضي الله عنه (40هـ) ما نصه (الفرق بين الفرق لأبي منصور البغدادي ص 333) :"كان ـ الله ـ ولا مكان، وهو الآن على ما ـ عليه ـ كان" اهـ. أي بلا مكان.

وقال أيضًا (الفرق بين الفرق لأبي منصور البغدادي ص 333) :"إن الله تعالى خلق العرش إظهارًا لقدرته لا مكانًا لذاته" اهـ.

وقال أيضًا (حلية الأولياء: ترجمة علي بن أبي طالب 1/73) :"من زعم أن إلهنا محدود (المحدود: هو ما كان له حجم صغيرًا أو كبيرًا) فقد جهل الخالق المعبود" اهـ.

Seorang sahabat Rasulullah yang sangat agung , al Khalifah ar Rasyid , al Imam Ali ibn Abi Thalib (w 40 H) berkata : “Allah ada tanpa permulaan dan tanpa tempat dan dia Allah sekarang (setelah menciptakan tempat) tetap sebagaimana pada sifatnya yang Azaliy ; ada tanpa tempat”

Beliau juga berkata : “Sesungguhnya Allah menciptakan arsy (makhluk Allah yang paling besar bentuknya) untuk menampakan kekuasaannya bukan untuk menjadikan tempat bagi Dzatnya”

Juga berkata : “Barangsiapa berkayakinan bahwa Tuhan kita (Allah) memiliki bentuk dan ukuran maka ia tidak mengetahui Tuhan yang wajib disembah (belum beriman kepadanya)”

Jawaban :

sepakat, Allah tidak butuh tempat, kalian sendiri yang salah tuduh istiwa itu butuh tempat.

Istiwa itu Allah sendiri yang mengabarkan maka wajib diimani, bukan malah ditolak atau ditakwil. Karena takwil itu menolak dan merubah makna asal.

Sifat istiwa Allah jangan dibayangkan seperti makhluk tanpa tahrif ta'thil takyif tamsil.


Bacaan Lainnya 




https://maktabahabufateema.blogspot.com/2020/11/ulama-syafiiyah-asyariyah-ternyata.html


https://maktabahabufateema.blogspot.com/2020/11/akhir-kehidupan-pengikut-asyariyah-yang.html


https://maktabahabufateema.blogspot.com/2020/11/sebelum-abbasiyah-runtuh-asyariyah.html


https://maktabahabufateema.blogspot.com/2020/11/debat-syafiiyah-wahabi-vs-syafiiyah.html


https://maktabahabufateema.blogspot.com/2020/11/penilaian-ibnus-subki-rohimahumullah.html


https://maktabahabufateema.blogspot.com/2020/11/dalil-lemah-asyariyah-dan-tuduhan-salah.html


https://maktabahabufateema.blogspot.com/2020/11/dahulu-manhaj-salaf-dikenal-dengan.html


https://maktabahabufateema.blogspot.com/2020/11/tersingkirnya-peran-ulama-syafiiyah.html



Tidak ada komentar:

Posting Komentar